Sontog People: Upaya pendidikan dalam mengantisipasi terhadap mas...: Upaya pendidikan dalam mengantisipasi terhadap masa depan Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi ta...
REBA MANGGARAI
Senin, November 25, 2013
Kamis, November 21, 2013
ringkasan umum novel LAYAR TERKEMBANG
Ringkasan
Novel "Layar Terkembang"
Judul Novel : Layar Terkembang
Pengarang : St. Takdir Alisjahbana
Halaman :
166
Penerbit : Balai Pustaka
Terbit : Cetakan kedua puluh delapan Tahun 2000
Tokoh : - Tuti :
Seorang wanita yang memiliki wawasan dan pemikiran modern, ia mencoba menyamakan hak kaum wanita
dengan kaum pria
- Maria : Adik Tuti yang sangat
periang
- Yusuf : Seorang pemuda terpelajar yang modern, ia adalah
mahasiswa kedokteran sifatnya baik
hati dan berbudi luhur
- Supomo : Seorang pemuda terpelajar yang baik hati dan
berbudi luhur
Jalan Cerita :
Tuti adalah putri sulung Raden
Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam teguh dan aktif
dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan
cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria. Ia seorang gadis yang
lincah dan periang. Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang
asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan
itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa
Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggal di
Martapura, Sumatra Selatan. Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab
dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang. Bagi yusuf, pertemana itu ternyata
berkesan cukup mendalam. Ia selalu teringat kepada kedua gadis itu, terutama
Maria. Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya
wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum
itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis.
Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke
sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan
Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan senang hati menemani keduanya
berjalan-jalan. Cukup hangat mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal. Sejak
itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap. Sementara itu
Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi
hubungan persahabatan biasa. Tuti sendiri terus disibuki oleh berbagai
kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat
berpidato yang isinya membicarakan emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang
memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan kaumnya.
Pada masa liburan, Yusuf pulang ke
rumah orang tuanya di Martapura. Sesungguhnya ia bermaksud menghabiskan masa
liburannya bersama keindahan tanah leluhurnya, namun ternyata ia tak dapat
menghilangkan rasa rindunya kepada Maria. Dalam keadaan demikian, datang pula
kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin diserbu rindu. Berikutnya,
surat Maria datang lagi. Kali ini mengabarkan perihal perjalannya bersama
Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah membaca surat itu,
Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul sang kekasih ke
Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan
Martapura. Kedatangan Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti.
Kedua sejoli itu pun melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di
sekitar air terjun di Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya
kepada Maria.
Sementara hari-hari Maria penuh
dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banyak menghabiskan
waktunya dengan membaca buku. Begitupun demikian pikiran Tuti tidak urung
diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta. Ingat pula ia pada
teman sejawatnya, Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada
Tuti.
Ketika Maria mendadak terkena demam
malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah tiba adik Supomo yang
ternyata disuruh Supomo untuk meminta jawaban Tuti perihal keinginannya untuk
menjalin cinta dengannya. Sungguhpun gadis itu sebenarnya sedang merindukan
cinta kasih seseorang, Supomo dipandangnya bukan sebagai lelaki idamannya. Maka
segera ia menulis surat penolakannya.
Sementara itu, keadaan Maria makin
bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Ternyata
menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya
menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa
Barat.Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun
keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai
merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah
menerima kenyataan.
Pada suatu kesempatan, disaat Tuti
dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah mata Tuti
mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami istri yang
melewati hari-harinya dengan bercocok tanam itu, ternyata juga mampu membimbing
masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan
tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa
kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota
atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia
lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat
dilakukan.
Sejalan dengan keadaan hubungan
Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab, kondisi kesehatan Maria
sendiri justru kian mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah
tak dapat berbuat lebih banyak lagi. Kemudian setelah Maria sempat berpesan
kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah
tangga, Maria menghembuskan napasnya yang terakhir. “Alangkah bahagianya saya
di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan
berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah
permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau
kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan
terakhir almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti
akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena
cinta keduanya memang sudah tumbuh bersemi.
RINGKASAN
UMUM NOVEL
Raden Wiraadmadja memiliki dua orang anak gadis yang
sifatnya sangat berbeda, yaitu Tuti dan Maria. Anak pertamanya, Tuti, adalah
seorang gadis yang pembawaannya selalu serius sehingga gadis itu cenderung
pendiam. Namun, ia sangat berpendirian teguh dan aktif dalam berbagai
organisasi wanita. Ia bahkan aktif dalam memberikan orasi-orasi tentang
persamaan hak kaum wanita. Pada saat itu, semangat kaum wanita sedang bergelora
sehingga mereka mulai menuntut persamaan hak dengan kaum pria. Anak keduanya
adalah Maria. Ia memiliki sifat yang lincah, sangat periang, dan bicaranya
ceplas-ceplos. Itulah sebabnya, semua orang yang berada di dekatnya pasti akan
menyenangi kehadirannya.
Pada suatu sore, kedua kakak beradik itu berjalan-jalan ke
sebuah pasar ikan. Ketika mereka sedang melihat ikan-ikan dalam akuarium,
mereka berkenalan dengan seorang pemuda tampan yang bernama Yusuf. Ia adalah
seorang mahasiswa kedokteran. Ketika pulang, Yusuf mengantarkan kedua gadis itu
sampai ke rumah mereka. Sejak pertemuan pertama, Yusuf selalu membayangkan
wajah Maria. Senyum dan tingkah Maria yang periang membuat pemuda itu merasa
senang berada di sampingnya.
Takdir kembali mempertemukan Yusuf dengan Maria dan kakaknya
di depan hotel Des Indes. Dengan senang hati, Yusuf mengantar kedua kakak
beradik itu berjalan-jalan. Setelah pertemuan tersebut, Yusuf jadi sering
berkunjung ke rumah mereka. Beberapa waktu kemudian Yusuf dan Maria sepakat
menjalin hubungan cinta kasih.
Sementara itu, Tuti yang melihat hubungan cinta kasih
adiknya, sebenarnya berkeinginan pula untuk memiliki seorang kekasih. Apalagi
setelah ia menerima surat cinta dari Supomo. Namun karena pemuda itu bukanlah
idamannya, ia tolak. Sejak itu, hari-harinya disibukkan dengan kegiatan
organisasi dan melakukan kegemarannya membaca buku sehingga sedikit melupakan
angan-angannya tentang seorang kekasih.
Pada suatu hari keluarga
Raden Wiraatmadja dikejutkan oleh hasil diagnosis dokter yang menyatakan bahwa
Maria mengidap penyakit TBC. Semakin hari kesehatan gadis itu semakin melemah
sekalipun ia telah menjalani perawatan intensif. Maria yang periang dan lincah
seperti kehilangan semangat hidupnya. Hal ini membuat Yusuf merasa sedih.
Pemuda itu mendampingi kekasih hatinya dengan setia. Namun penyakit TBC yang
diderita Maria semakin hari semakin parah sehingga tak lama kemudian Maria pun
meninggal dunia. Sebelum ia menghembuskan napasnya yang terakhir, ia meminta
Yusuf untuk menerima kakaknya sebagai penggantinya. Setelah Maria meninggal
dunia, Tuti dan Yusuf menjalin hubungan kasih. Mereka pun sepakat untuk
menikah.
Ringkasan Novel Layar Terkembang
— awan sundiawan
![http://awan965.files.wordpress.com/2012/10/layar-terkembang.jpg?w=213&h=300](file:///C:\DOCUME~1\Primanet\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
Sebagian besar
kritikus sastra, antara lain, Aji Rosidi, Zuber Usman, Amal Hamzah, H.B. Jassin
, maupun Teuw, menyebutkan novel Layar Terkembang sebagai novel bertendesi. Di
antaranya juga ada yang berpendapat bahwa sifat dan pemikiran tokoh Tuti lebih
menyerupai sebagai sifat dan pemikiran S. Takdir Alisjahbana, khususnya dalam
usaha mengangkat harkat kaum wanita (Indonesia). Tokoh Tuti yang digambarkan
sebagai wanita modern yang aktif dalam berbagai kegiatan organisasi,
memang tidak sedikit melontarkan gagasan progresif. Ia juga selalu merasa
terpanggil untuk ikut terjun memajukan bangsanya sendiri, khususnya kaum
wanita. “Karya penting ketiga diantara roman-roman sebelum perang menurut
anggapan umum, ialah Layar Terkembang ….’’ Demikian Tulis Teeuw (Sastra Baru
Indonesia 1, 1980).
Bagi yang memerlukan
ringkasan novelnya dapat di baca di bawah ini.
Tuti adalah putri
sulung Raden Wiriaatmadja. Ia di kenal sebagai seorang gadis yang berpendirian
teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang
selalu serius dan cenderung pendiam, sangat berbeda dengan adiknya, Maria. Ia
seorang gadis yang lincah dan periang. Suatu hari, keduanya pergi ke pasar
ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang
pemuda. Pertemuan itu berlajut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf,
seorang mahasiswa sekolah tinggi kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang
Munaf, tinggal di Martapura, Sumatra Selatan.
Perkenalan yang
tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan di antaranya Tuti dan Maria pulang.
Bagi Yusuf, pertemuan itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia selalu terigat
kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah
perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya, wajah Maria yang cerah dan
berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat
hidup yang dinamis. Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka
ia bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan hotel Den Ides. Yusuf pun
kemudian dengan senang hati, menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat
mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal.
Sejak itu, pertemuan
antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap. Sementara itu, Tuti dan ayahnya
melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan
biasa. Tuti sendiri disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres yang
berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi
wanita; suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan
kaumnya.
Pada masa liburan,
Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura. Sesunguhnya, ia bermaksud
menghabiskan masa liburannya bersama keindahan alam tanah leluhurnya. Namun,
ternyata, ia tak dapat menghilangkan rasa rindunya kepada Maria. Dalam keadaan
demikian, datang pula kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin diserbu
rindu. Berikutnya, surat Maria datang lagi. Kali ini mengabarkan perihal
perjalanan bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung.
Setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian
menyusul sang kekasih ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda iu pun
segera meninggalkan Martapura. Kedatangan Yusuf tentu saja di sambut hangat
oleh Maria dan Tuti. Kedua sejoli itu pun lalu melepas rindu masing-masing
dengan berjalan-jalan di sekitar air terun di Dago. Dalam kesempatan itulah,
Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria.
Sementara hari-hari
Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banyak
menghabiskan waktu nya dengan membaca buku. Sungguhpun demkian, pikiran Tuti
tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta. Ingat
pula ia pada teman sejawatnya, Supom. Lelaki itu pernah mengirimkan surat
cintanya kepada Tuti.
Ketika Mari mendadak
terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah tiba adik
Supomo yang ternyata di suruh Supomo untuk meminta jawaban Tuti perihal
keinginannya untuk menjalin cinta dengannya. Sungguhpun gadis itu sebenarnya
sedang merindukan cinta kasih seseorang, Supomo dipandangnya sebagai bukan
lelaki idamannya. Maka, segera ia menulis surat penolakannya.
Sementara itu,
keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk merawatya di
rumah sakit. Ternyata, menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakilt TBC.
Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria di bawa ke rumah sakit TBC
di Pacet, Sindanglaya, Jawa Barat. Perawatan terhadap Maria sudah berjalan
sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih
dari pada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah.
Tampahnya, ia sudah pasrah menerima kenyataan.
Pada suatu
kesempatan, di saat Tuti dan Yusuf di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, di
situlah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan.
Kehidupan suami-istri yang melewati hari-hari nya dengan bercocok tanam itu,
ternyata juga telah mampu membimbing masyarakat sekitrnya menjadi sadar
akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam
pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupn mulia mengabdi kepada masyarakat,
tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiaan organisasi, sebagaimana
yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarkat mana pun,
pengabdian itu dapat dilakukan.
Sejalan dengan
keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab, kondisi
kesehatan Maria sendiri justru kian mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun
rupanya sudah tak dapat bebuat lebih banyak lagi . kemudian, setelah Maria
sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin
hubungan rumah tangga, Maria menghembuskan nafasnya yang terakhir. ‘’Alangkah
bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya tau , kakandak berdua hidup rukun
dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini…..
Inilah permintan saya yang penghabisan , dan saya, saya tidak rela
selama-lamanya, kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang
lain’’ (hlm. 209). Demikianlah pesan terakhir almarhum, Maria. Lalu, sesuai
dengan pesan tersebut, Yusuf dan Tuti akhirnya tidak dapat berbuat lain,
kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya memang sudah tumbuh
bersemi.
REBA MANGGARAI
ringkasan novel azab dan sengsara
yang kasar itu
Ringkasan
Novel: AZAB DAN SENGSARA
AZAB DAN SENGSARA
(KISAH KEHIDUPAN SEORANG GADIS)
Pengarang : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka
Umumnya, para pengamat sastra Indonesia menempatkan novel Azab dan sengsara ini sebagai novel pertama di Indonesia dalam khazanah kesusastraan Indonesia modern. Penempatan novel ini sebagai novel pertama lebih banyak didasarkan pada anggapan bahwa kesusastraan Indonesia modern lahir tidak dari peran berdirinya Balai Pustaka. 1917, yang cikal bakalnya berdiri tahun 1908. Sungguhpun sebenarnya tidak sedikit novel yang terbit sebelum Balai Pustaka berdiri, dalam hal pemakaian bahasa Melayu sekolahan, Azab dan Sengsara yang mengawalinya. Dalam konteks itulah novel ini menempati kedudukan penting.
Tema Azab dan Sengsara sendiri yang mempermasalahkan perkawinan dalam hubungan nya dengan harkat dan martabat keluarga, bukanlah hal yang baru. Novel-novel yang terbit di luar Balai Pustaka-yang umumnya menggunakan bahasa Melayu rendah atau bahasa Melayu pasar-juga banyak yang bertema demikian. Novel bahasa Sunda, Baruang ka Nu Ngora (Racun Bagi Kaum Muda; 1914) karya D.K. Ardiwinata (1866-1947) yang diterbitkan Balai Pustaka, juga bertema perkawinan dalam hubungannya dengan harkat dan martabat keluarga. Jadi, secara tematik, novel Azab dan Sengsara, belumlah secara tajam mempermasalahkan perkawinan dalam hubungannya dengan adat.
Ini ringkasannya
Aminuddin adalah anak Baginda Diatas, seorang kepala kampong yang terkenal kedermawanan dan kekayaannya. Masyarakat disekitar Sipirok amat segan dan hormat kepada keluarga itu. Adapun Mariamin, yang masih punya ikatan dengan keluarga itu, kini tergolong anak miskin. Ayah Mariamin, Sutan Baringin almarhum, sebenarnya termasuk keluarga bangsawan kaya. Namun, karena semasa hidupnya terlalu boros dan serakah, ia akhirnya jatuh miskin dan meninggal dalam keadaan demikian.
Bagi Aminuddin, kemiskinan keluarga itu tidaklah menghalanginya unuk tetap bersahabat dengan Mariamin. Keduanya memang sudah berteman akrab sejak kecil dan terus meningkat hingga dewasa. Tanpa terasa benih cinta kedua remaja itu pun tumbuh subur. Belakangan, mereka sepakat untuk hidup bersama, membina rumah tangga. Aminuddin pun berjanji hendak mempersunting gadis itu jika kelak ia sudah bekerja. Janji pemuda itu akan segera dilaksanakan jika ia sudah mendapat pekerjaan di Medan. Aminuddin segera mengirim surat kepada kekasihnya bahwa ia akan segera membawa Mariamin ke Medan.
Berita itu tentu saja amat menggermbirakan hati Mariamin dan ibunya yang memang selalu berharap agar kehidupannya segera berubah. Setidak-tidaknya, ia dapat melihat putrinya hidup bahagia.
Niat Aminuddin itu disampaikan pula kepada kedua orang tuanya. Ibunya sama sekali tidak berkeberatan. Bagaimanapun, almarhum ayah Mariamin masih kakak kandungnya sendiri. Maka, jika putranya kelak jadi kawin dengan Mariamin, perkawinan itu dapatlah dianggap sebagai salah satu usaha menolong keluarga miskin itu.
Namun, lain halnya pertimbangan Baginda Diatas, Ayah Aminuddin. Sebagai kepala kampung yang kaya dan disegani, ia ingin agar anaknya beristrikan orang yang sederajat. Menurutnya, putranya lebih pantas kawin dengan wanita dari keluarga kaya dan terhormat. Oleh karena itu, jika Aminuddin kawin dengan Mariamin, perkawinan itu sama halnya dengan merendahkan derajat dan martabat dirinya. Itulah sebabbya, Baginda Diatas bermaksud menggagalkan niat putranya.
Untuk tidak menyakiti hati istrinya, Baginda Diatas mengajaknya pergi ke seorang dukun untuk melihat bagaimana nasib anaknya jika kawin dengan Mariamin. Sebenarnya, itu hanya tipu daya Baginda Diatas. Oleh karena sebelumnya, dukun itu sudah mendapat pesan tertentu, yaitu memberi ramalan yang tidak menguntungkan rencana dan harapan Aminuddin. Mendengar perkataan si dukun bahwa Aminuddin akan mengalami nasib buruk jika kawin dengan Mariamin, ibu Aminuddin tidak dapatberbuat apa-apa selain menerima apa yang menurut suaminya baik bagi kehidupan anaknya.
Kedua orang tua Aminuddin akhirnya meminang seorang gadis keluarga kaya yang menurut Baginda Diatas sederajat dengan kebangsawanan dan kekayaannya. Aminuddin yang berada di Medan, sama sekali tidak mengetahui apa yang telah dilakukan orang tuanya. Dengan penuh harapan, ia tetap menanti kedatangan ayahnya yang akan membawa Mariamin.
Selepas peminangan itu, ayah Aminuddin mengirim telegram kepada anaknya bahwa calon istrinya akan segera dibawa ke Medan. Ia juga meminta agar Aminuddin menjemputnya di stasiun.
Betapa sukacita Aminuddin setelah membaca telegram ayahnya. Ia pun segera mempersiapkan segala sesuatunya. Ia membayangkan pula kerinduannya pada Mariamin akan segera terobati.
Namun, apa yang terjadi kemudian hanyalah kekecewaan. Ternyata, ayahnya bukan membawa pujaan hatinya, melainkan seorang gadis yang bernama Siregar. Sungguhpun begitu, sebagai seorang anak, ia harus patuh pada orang tua dan adapt negerinya. Aminuddin tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima gadis yang dibawa ayahnya. Perkawinan pun berlangsung dengan keterpaksaan yang mendalam pada diri Aminuddin. Berat hati pula ia mengabarkannya pada Mariamin.
Bagi Mariamin, berita itu tentu saja sangat memukul jiwanya. Harapannya musnah sudah. Ia pingsan dan jatuh sakit sampai beberapa lama. Tak terlukiskan kekecewaan hati gadis itu.
Setahun setelah peristiwa itu, atas kehendak ibunya, Mariamin terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang lelaki yang sebenarnya tidak diketahui asal-usulnya. Ibunya hanya tahu, bahwa Kasibun seorang kerani yang bekerja di Medan. Menurut pengakuan lelaki itu, ia belum beristri. Dengan harapan dapat mengurangi penderitaan ibu-anak itu, ibu Mariamin terpaksa menjodohkan anaknya dengan Kasibun. Belakangan diketahui bahwa lelaki itu baru saja menceraikan istrinya hanya karena akan mengawini Mariamin.
Kasibun kemudian membawa Mariamin ke Medan. Namun rupanya, penderitaan wanita itu belum juga berakhir. Suaminya ternyata mengidap penyakit berbahaya yang dapat menular bila keduanya melakukan hubungan suami-istri. Inilah sebabnya, Mariamin selalu menghindar jika suaminya ingin berhubungan intim dengannya. Akibatnya, pertengkaran demi pertengkaran dalam kehidupan rumah tangga itu tak dapat dihindarkan. Hal yang dirasakan Mariamin bukan kebahagiaan, melainkan penderitaan berkepanjangan. Tak segan-segan Kasibun menyiksanya dengan kejam.
Dalam suasana kehidupan rumah tangga yang demikian itu, secara kebetulan, Aminuddin dating bertandang. Sebagaimana lazimnya kedatangan tamu, Mariamin menerimanya dengan senang hati, tanpa prasangka apa pun. Namun, bagi Kasibun, kedatangan Aminuddin itu makin mengobarkan rasa cemburu dan amarahnya. Tanpa belas kasihan, ia menyiksa istrinya sejadi-jadinya.
Tak kuasa menerima perlakuan kejam Kasibun, Mariamin akhirnya mengadu dan melaporkan tindakan suaminya kepada polisi. Polisi kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus membayar denda dan sekaligus memutuskan hubungan tali perkawinan dengan Mariamin.
Janda Mariamin akhirnya terpaksa kembali ke Sipirok, kampong halamannya. Tidak lama kemudian, penderitaay yang silih berganti menimpa wanita itu, sempurna sudah dengan kematiannya. “Azab dan sengsara dunia ini telah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jasad
(KISAH KEHIDUPAN SEORANG GADIS)
Pengarang : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka
Umumnya, para pengamat sastra Indonesia menempatkan novel Azab dan sengsara ini sebagai novel pertama di Indonesia dalam khazanah kesusastraan Indonesia modern. Penempatan novel ini sebagai novel pertama lebih banyak didasarkan pada anggapan bahwa kesusastraan Indonesia modern lahir tidak dari peran berdirinya Balai Pustaka. 1917, yang cikal bakalnya berdiri tahun 1908. Sungguhpun sebenarnya tidak sedikit novel yang terbit sebelum Balai Pustaka berdiri, dalam hal pemakaian bahasa Melayu sekolahan, Azab dan Sengsara yang mengawalinya. Dalam konteks itulah novel ini menempati kedudukan penting.
Tema Azab dan Sengsara sendiri yang mempermasalahkan perkawinan dalam hubungan nya dengan harkat dan martabat keluarga, bukanlah hal yang baru. Novel-novel yang terbit di luar Balai Pustaka-yang umumnya menggunakan bahasa Melayu rendah atau bahasa Melayu pasar-juga banyak yang bertema demikian. Novel bahasa Sunda, Baruang ka Nu Ngora (Racun Bagi Kaum Muda; 1914) karya D.K. Ardiwinata (1866-1947) yang diterbitkan Balai Pustaka, juga bertema perkawinan dalam hubungannya dengan harkat dan martabat keluarga. Jadi, secara tematik, novel Azab dan Sengsara, belumlah secara tajam mempermasalahkan perkawinan dalam hubungannya dengan adat.
Ini ringkasannya
Aminuddin adalah anak Baginda Diatas, seorang kepala kampong yang terkenal kedermawanan dan kekayaannya. Masyarakat disekitar Sipirok amat segan dan hormat kepada keluarga itu. Adapun Mariamin, yang masih punya ikatan dengan keluarga itu, kini tergolong anak miskin. Ayah Mariamin, Sutan Baringin almarhum, sebenarnya termasuk keluarga bangsawan kaya. Namun, karena semasa hidupnya terlalu boros dan serakah, ia akhirnya jatuh miskin dan meninggal dalam keadaan demikian.
Bagi Aminuddin, kemiskinan keluarga itu tidaklah menghalanginya unuk tetap bersahabat dengan Mariamin. Keduanya memang sudah berteman akrab sejak kecil dan terus meningkat hingga dewasa. Tanpa terasa benih cinta kedua remaja itu pun tumbuh subur. Belakangan, mereka sepakat untuk hidup bersama, membina rumah tangga. Aminuddin pun berjanji hendak mempersunting gadis itu jika kelak ia sudah bekerja. Janji pemuda itu akan segera dilaksanakan jika ia sudah mendapat pekerjaan di Medan. Aminuddin segera mengirim surat kepada kekasihnya bahwa ia akan segera membawa Mariamin ke Medan.
Berita itu tentu saja amat menggermbirakan hati Mariamin dan ibunya yang memang selalu berharap agar kehidupannya segera berubah. Setidak-tidaknya, ia dapat melihat putrinya hidup bahagia.
Niat Aminuddin itu disampaikan pula kepada kedua orang tuanya. Ibunya sama sekali tidak berkeberatan. Bagaimanapun, almarhum ayah Mariamin masih kakak kandungnya sendiri. Maka, jika putranya kelak jadi kawin dengan Mariamin, perkawinan itu dapatlah dianggap sebagai salah satu usaha menolong keluarga miskin itu.
Namun, lain halnya pertimbangan Baginda Diatas, Ayah Aminuddin. Sebagai kepala kampung yang kaya dan disegani, ia ingin agar anaknya beristrikan orang yang sederajat. Menurutnya, putranya lebih pantas kawin dengan wanita dari keluarga kaya dan terhormat. Oleh karena itu, jika Aminuddin kawin dengan Mariamin, perkawinan itu sama halnya dengan merendahkan derajat dan martabat dirinya. Itulah sebabbya, Baginda Diatas bermaksud menggagalkan niat putranya.
Untuk tidak menyakiti hati istrinya, Baginda Diatas mengajaknya pergi ke seorang dukun untuk melihat bagaimana nasib anaknya jika kawin dengan Mariamin. Sebenarnya, itu hanya tipu daya Baginda Diatas. Oleh karena sebelumnya, dukun itu sudah mendapat pesan tertentu, yaitu memberi ramalan yang tidak menguntungkan rencana dan harapan Aminuddin. Mendengar perkataan si dukun bahwa Aminuddin akan mengalami nasib buruk jika kawin dengan Mariamin, ibu Aminuddin tidak dapatberbuat apa-apa selain menerima apa yang menurut suaminya baik bagi kehidupan anaknya.
Kedua orang tua Aminuddin akhirnya meminang seorang gadis keluarga kaya yang menurut Baginda Diatas sederajat dengan kebangsawanan dan kekayaannya. Aminuddin yang berada di Medan, sama sekali tidak mengetahui apa yang telah dilakukan orang tuanya. Dengan penuh harapan, ia tetap menanti kedatangan ayahnya yang akan membawa Mariamin.
Selepas peminangan itu, ayah Aminuddin mengirim telegram kepada anaknya bahwa calon istrinya akan segera dibawa ke Medan. Ia juga meminta agar Aminuddin menjemputnya di stasiun.
Betapa sukacita Aminuddin setelah membaca telegram ayahnya. Ia pun segera mempersiapkan segala sesuatunya. Ia membayangkan pula kerinduannya pada Mariamin akan segera terobati.
Namun, apa yang terjadi kemudian hanyalah kekecewaan. Ternyata, ayahnya bukan membawa pujaan hatinya, melainkan seorang gadis yang bernama Siregar. Sungguhpun begitu, sebagai seorang anak, ia harus patuh pada orang tua dan adapt negerinya. Aminuddin tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima gadis yang dibawa ayahnya. Perkawinan pun berlangsung dengan keterpaksaan yang mendalam pada diri Aminuddin. Berat hati pula ia mengabarkannya pada Mariamin.
Bagi Mariamin, berita itu tentu saja sangat memukul jiwanya. Harapannya musnah sudah. Ia pingsan dan jatuh sakit sampai beberapa lama. Tak terlukiskan kekecewaan hati gadis itu.
Setahun setelah peristiwa itu, atas kehendak ibunya, Mariamin terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang lelaki yang sebenarnya tidak diketahui asal-usulnya. Ibunya hanya tahu, bahwa Kasibun seorang kerani yang bekerja di Medan. Menurut pengakuan lelaki itu, ia belum beristri. Dengan harapan dapat mengurangi penderitaan ibu-anak itu, ibu Mariamin terpaksa menjodohkan anaknya dengan Kasibun. Belakangan diketahui bahwa lelaki itu baru saja menceraikan istrinya hanya karena akan mengawini Mariamin.
Kasibun kemudian membawa Mariamin ke Medan. Namun rupanya, penderitaan wanita itu belum juga berakhir. Suaminya ternyata mengidap penyakit berbahaya yang dapat menular bila keduanya melakukan hubungan suami-istri. Inilah sebabnya, Mariamin selalu menghindar jika suaminya ingin berhubungan intim dengannya. Akibatnya, pertengkaran demi pertengkaran dalam kehidupan rumah tangga itu tak dapat dihindarkan. Hal yang dirasakan Mariamin bukan kebahagiaan, melainkan penderitaan berkepanjangan. Tak segan-segan Kasibun menyiksanya dengan kejam.
Dalam suasana kehidupan rumah tangga yang demikian itu, secara kebetulan, Aminuddin dating bertandang. Sebagaimana lazimnya kedatangan tamu, Mariamin menerimanya dengan senang hati, tanpa prasangka apa pun. Namun, bagi Kasibun, kedatangan Aminuddin itu makin mengobarkan rasa cemburu dan amarahnya. Tanpa belas kasihan, ia menyiksa istrinya sejadi-jadinya.
Tak kuasa menerima perlakuan kejam Kasibun, Mariamin akhirnya mengadu dan melaporkan tindakan suaminya kepada polisi. Polisi kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus membayar denda dan sekaligus memutuskan hubungan tali perkawinan dengan Mariamin.
Janda Mariamin akhirnya terpaksa kembali ke Sipirok, kampong halamannya. Tidak lama kemudian, penderitaay yang silih berganti menimpa wanita itu, sempurna sudah dengan kematiannya. “Azab dan sengsara dunia ini telah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jasad
REBA MANGGARAI
ringkasan novel laskar pelangi
ringkasan
novel laskar pelangi
Ini
kisah nyata tentang sepuluh anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera.
Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya nyaris rubuh dan kalau
malam jadi kandang ternak. sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya
tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal.
Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya nyaris rubuh dan kalau
malam jadi kandang ternak. sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya
tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal.
Pada hari pendaftaran murid baru, kepala sekolah dan ibu guru satu-satunya
yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumlah murid baru
sembilan. Kepala sekolah bahkan sudah menyiapkan naskah pidato
penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibu mendaftarkan
anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. "Mohon agar anak saya
bisa diterima. Sebab Sekolah Luar Biasa hanya ada di Bangka dan biayanya sangat mahal" mohon sang ibu. Semua gembira. Harun, nama anak itu, menyelamatkan SD
tersebut. Sekolah pun tak jadi ditutup.
yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumlah murid baru
sembilan. Kepala sekolah bahkan sudah menyiapkan naskah pidato
penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibu mendaftarkan
anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. "Mohon agar anak saya
bisa diterima. Sebab Sekolah Luar Biasa hanya ada di Bangka dan biayanya sangat mahal" mohon sang ibu. Semua gembira. Harun, nama anak itu, menyelamatkan SD
tersebut. Sekolah pun tak jadi ditutup.
Pada saatnya para murid diatur tempat duduknya ada satu anak
bernama lintang, dia anak seseorang nelayan yang sangat miskin, setiap hari dia
bersepeda 40 KM dari rumahnya yang berada di tanjong kelumpang, desa yang
sangat jauh di tepi laut sampai ke sekolah. Setiap hari ia selalu melewati 4
kawasan pohon nipah tempat yang lumayan seram, tak jarang ada buaya yang sangat
besar menyebrang disitu (kadang malah nongkrong). Walaupun begitu ia tetap
semangat Ia tak
sekalipun pernah bolos dari sekolah meskipun terkadang karena saking jauhnya
jarak perjalanan tersebut terkadang Ia tiba hanya untuk menyanyikan lagu
Indonesia raya dan dia nanti akan menjadi orang yang paling jenius yang pernah
ada di dunia ini (mungkin).
Tidak susah menggambarkan sekolah SD
Muhammadiyah itu, keadaan sekolah yang sudah reyot dengan atap yang bolong dan
pasti bocor jika hujan tiba, dan bisa roboh kalau di tabrak kambing ngamuk.
Mereka tidak punya seragam, apalagi P3K, kalau sakit bakal diberi obat yang
sangat pahit yaitu pil APC yang katanya bisa menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Yang rutin datang pun hanya hanya pembrantas nyamuk. Sekolah ini
sangat mirip dengan gudang kopra, malam harinya buat kandang ternak.
Pernah
saat sedang giliran ikal untuk membeli kapur ia bertemu dengan seseorang yang
paling cantik yang pernah ia lihat orang itu namanya A ling tapi tidak lama
setelah itu dia pergi ke Jakarta sampai malah nanti si andrea akan berkeliling
rusia untuk memenangkan sebuah taruhan dan mencarinya(kalau tidak salah di
edensor).
Karena PN timah yang mendominasi seluruh area tambang belitong
maka hampir semua warga belitong itu miskin. Mereka mendirikan tembok raksaksa
agar tidak dicuri. Jika membandingkan dengan pekerja utama PN timah maka desa
belitong itu hanya seperti tikus yang paceklik di lumbung padi. Di tempat
tinggal para pekerja utama setiap malam kompleksnya itu yang bersinar sendirian
diantara seluruh bagian pulau belitong.
Pernah ada karnafal di sekolah PN timah mahar di percayakan
sebagai pemimpin kelompok. Karena maharlah SD SMP muhammadiyah mendapat piala
pertamanya setelah ber tahun tahun di dirikan.
Pernah suatu hari disaat malam hari ada anak bernama flo hilang,
walaupun telah di cari ke seluruh pelosok pulau tidak juga ketemu. Akhirnya
para polisi menggunakan alternatif lain yaitu bertanya kepada tuk bayan tula,
seseorang petapa yang tinggal di pulau yang sangat terpencil banyak orang pergi
kesana tiba tiba hilang begitu saja. Akhirnya setelah bertanya kepada tuk bayan
tula walaupun sudah pagi dia belum juga ditemukan. Karena kucai iseng bilang
ada gubuk diseberang sungai paling angker/sungai buta jadinya mereka harus
menyeberangi sungai buta walaupun banyak buaya dan ular, akhirnya flo ketemu
juga. Karena kejadian flo sejak itu mahar menjadi seorang yang sangat tergila
gila dengan ilmu gaib walaupun nanti insyaf lagi.
Keajaiban terjadi lagi karena lintang berhasil memperoleh piagam
karena ia telah memenangkan lomba mata pelajaran dan artinya SD SMP
muhammadiyah telah memiliki 2 prestasi.
Beberapa bulan sebelum lulus SMP Lintang, siswa paling jenius
anggota laskar pelangi itu harus berhenti sekolah padahal cuma tinggal satu
triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua
yang harus menghidupi keluarga sebab ketika itu ayahnya meninggal dunia.
Sekarang Indonesia telah kehilangan seorang anak yang super jenius mungkin
melebihi ilmuwan.
Akhirnya PN timah yang membuat rakyat miskin dihancurkan dan
sekarang rakyat belitong bisa kembali menikmati tambang mereka yang puluhan
tahun di eksploitasi. Dan setelah semua laskar pelangi telah lulus mereka semua
mendapat masa depan yang lebih cerah ada yang dikirim ke jepang ada juga yang
dapat pekerjaan, tapi lintanglah yang sampai sekarang tidak diketahui
keberadaannya dan keadaannya. setelah SD SMP muhammadiyah hancur Bu mus
mengajar di SD negeri 6 belitong timur. Ikal sendiri beserta saudaranya yang
telah yatim piatu mendapat beasiswa ke soborne di
paris.
REBA MANGGARAI
Langganan:
Postingan (Atom)