REBA MANG
Ringkasan Novel dan Film Laskar Pelangi Yang Fenomenal
Filed under: Umum
Filed under: Umum
![http://img501.imageshack.us/img501/3134/laskarpelangito4.jpg](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg)
Suatu siang yang terik disaat teman-temannya sibuk
memikirkan tugas sekolah. Mahar malah asyik dan santai mendengarkan musik lewat
radio bututnya. Ia selalu menerawang berimajenasi bahwa suatau saat nanti ia
akan menjadi seorang seniman yang terkenal. Teman-teman anggota Laskar Pelangi
yang lain yakni Ikal dan Lintang hanya tersenyum geli melihat ulahnya tersebut.
Tak ada hal lain yang dikerjakan Mahar selain berdendang diatas pohon
favoritnya yakni pohon filicium. Seolah telah menjadi tempat tinggalnya
sendiri, pohon itu telah memberikan inspirasi bagi seorang Mahar dalam
menyalurkan bakatnya dalam bidang musik. Hingga suatu ketika sekolah SD
Muhammadiyah tempatnya sekolah mendapatkan undangan untuk mengikuti lomba
karnaval 17 Agustus. Dan pada saat itu lah mahar di percaya oleh Bu Mus sebagai
sutradara atau ketua pelaksana untuk membuat ide prtunjukkan apa yang kan
mereka hadirkan pada saat karnaval itu berlangsung.
Dengan perasaan senang serta antusiasme yang tinggi, Mahar
menyanggupi perintah Bu Mus kepadanya. Ia sangat bergembira karena dengan hal
itu, ia bisa mengwujudkan cita-citanya menjadi seorang seniman. Selang waktu
berlalu dari perintah yang diembankan kepadanya tersebut, Mahar pun segera
bertindak mengumpulkan ide-idenya. Teman-teman anggota Laskar Pelangi sempat
berpikir Mahar menjadi sangat aneh semenjak ditugasi oleh Bu Mus sebagai ketua
pelaksana. Karena mereka sering melihat Mahar melakukan gerakan aneh-aneh di
lapangan dekat sekolah mereka itu. Selain itu Mahar pun sering melamun diatas
pohon favoritnya, falicium yang rindang sambil mendengarkan radio.
Suatu hari diatas pohon filiciumnya, Mahar terlihat
menerawang jauh kedahan-dahan pohon yang memilki daun-daun yang berukuran
lebar. Seketika ia tersenyum seolah telah menemukan ide yang bagus untuk acara
karnaval yang akan segera berlangsung itu. Maka disuatu dore yang indah ia
mengajak teman-teman anggota Laskar Pelangi untuk mengikutinya kesebuah
lapangan yang luas. Sontak teman-temannya tersebut binggung apa yang sebenarnya
ingin Mahar lakukan terhadap mereka. Namun dengan senyum jenaka yang menjadi
ciri khasnya Mahar hanya mengatakan bahwa mereka akan diajak berlatih tarian
untuk lomba karnaval saat 17 Agustus nanti. Dengan perasaan yang masih binggung
mau tak mau akhirnya teman-temannya pun mengikuti kemauan Mahar. Dengan senyum
dan tawa tak tertahankan, Ikal, Lintang dan teman-teman Mahar lainnya merasa
lucu dengan koreografi ciptaan Mahar. Bagaimana tidak jenis tarian yang mereka
bawakan seperti mirip dengan tarian dari daerah Irian Jaya, sungguh menarik dan
lucu. Namun meskipun sempat dikomentari oleh para temannya, Mahar tetap optimis
dengan tarian tersebut. Ia yankin bahwa dia dan teman-temannya akan memenangkan
lomba karnaval tersebut. Saat salah satu temannya bertanya mengenai kostum
karnaval kepadanya, Mahar tersenyum dan santai. Ia mengatakan bahwa ia telah
mempersiapkan kostum yang pas dengan tarian yang kan mereka bawakan. Ucapan
Mahar tersebut membuat teman-temanya menjadi saling beradu pandang, karena
sulit membayangkan kostum yang dimaksud oleh Mahar.
Hari karnaval pun telah tiba, SD PTN telah tampil secara
memukau dengan tim Marcing Bandnya.Dari tahun sekolah milik pemerintah tersebut
selalu memenangkan lomba karnaval. Mungkin itu disebabkan karna pemerintah
selalu menyalurkan dana untuk melengkapi fasilitas disekolah tersebut berbeda
dengan SD muhammadiyah di Belitong yang semraut dan tak terawat. Meskipun
begitu di dalam hati dipertunjukkan karnaval itu bahwa sudah saatnya sekolah
Muhammadiyah yang miskin ini menjadi mentari yang bersinar terik mengalahkan
para peserta lomba yang lainnya, termasuk sekolah PTN yang elit itu.
Menjelang tampil tak lelahnya Mahar memberikan
teman-temannya semangat, ia membagikan satu persatu daun-daun yang lebar. Ia
mengatakan iau adalah kostum specialnya yang telah ia rencanakan jauh-jauh hari
untuk pertunjukkan karnaval. Meskipun agak pesismis namun teman-temannya
menuruti saja untuk mengenakan kostum daun tersebut. Mereka pun berfikir untuk
optimis dengan idenya Mahar yang sedikit aneh itu. Para anggota Laskar Pelangi
pun tampil bak seorang penari daerah dari Irian Jaya. Muka mereka
dicoreng-moreng dengan menggunakan arang hitam, badan mereka hanya ditutupi
oleh lembaran daun-daun lebar.
Dengan sedikit aba-aba dari Mahar, maka semua tim penari itu
pun rapi berbaris sesuai dengan gerakan yang mereka latih selama ini. Gerakan
menggemaskan serta terkesan lucu dan konyol tersebut , membuat orang-orang yang
menoton pertunjukan karnaval tertawa terpikal-pikal, Bu Mus terlihat kagum
dengan lakon anak-anak muridnya tersebut. Terutama kepada Mahar, tak urung mata
nya begitu berbinar mengingat bakat yang dimiliki anak didik itu.
Pengumuman lomba pun akhirnya tiba, tak disangka-sangka
berkat tarian unik ciptaan Mahar SD Muhammadiyah keluar sebagai juara pertama
mengalahkan SD PTN yang setiap tahunnya selalu memenangkan lomba karnaval.
Mahar dan kawan-kawan tersenyum haru dan gembira saat mendengan pengumuman
tersebut, tak henti-hentinya mereka bersorak riang. Bu Mus terlihat
berkaca-kaca menahan haru, ia pun sangat bangga dengan prestasi pertama yang diraih
oleh sekolah tempatnya mengajar itu.
Satu piala bergensi akhirnya disabet, pihak penyelenggara
memberikan sebuah lemari untuk tempat menyimpan piala. Meskipun lemari tersebut
tidak dapat ditutup karena kunci pintunya rusak, namun tetap saja membuat para
anggota Laskar Pelangi tak bosan memandangi satu-satunya piala yang mereka
miliki tersebut. Mahar pun kini setaraf dengan Lintang dan kawan-kawannya yang
lain. Mampu mengembangkan dirinya sehingga berhasil mencapai prestasi yang
sesuai dengan minat bakat yang dimiliki.
Bertahun-tahun sudah semenjak kejadian karnaval itu, kini
anak-anak anggota Laskar Pelangi telah berajak dewasa. Ikal melajutkan
pendidikannya ke Prancis karena ia mendapatkan beasiswa kesana, sedangkan
Lintang terpaksa putus sekolah semenjak ayahnya meninggal saat melaut. Begitu
pun nasib akhir dari Mahar, ternyata cita-citanya untuk menjadi seniman yang
urung diwujudkannya karena ia pun tak bisa melajutkan sekolah, faktor biaya
menjadi hambatannya. Nasib Mahar berakhir sebagai kuli pemarut kelapa.
Alasan saya memilih tokoh Mahar adalah karena ia merupakan
anak yang kreatif, mampu membaca kondisi yang terjadi di lingkungannya. Selain
itu ia anak yang tak kenal putus asa, memiliki ide-ide yang cemerlang dan mampu
mengaplikasikannya secara sempurna. Ia pun memiliki motivasi untuk mengwujudkan
cita-citanya menjadi seorang seniman, meskipun ia harus berbesar hati
melepaskan niatnya tersebut karena harus putus ditegah jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar