KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas cinta dan kasih serta penyertaanNya,
kelompok V dapat menyelesaikan tugas makalah
Linguistik umum ini tepat pada
waktunya. Dan kami sadar bahwa menyelesaikan tugas ini tentu melibatkan pihak yang lain demi penyempurnaan yang
maksimal. Seyogyanya, ucapan terima
kasih juga kami haturkan kepada :
·
Dr. Endang Sumarti, M.Pd selaku dosen Bahasa Indonesia Linguistik umum yang telah
memberikan tugas ini kepada kelompok kami.
·
Kepada teman-teman anggota kelompok V
yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan
makalah ini.
·
Kepada semua pihak yang turut
membantu kelompok kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Tiada mawar yang tak
berduri.kekurangan dan kesalahan adalah
manusiawi. Seuntaian kata-kata inilah yang kami
berikan kepada pembaca yang menghaluskan kekurangan kerja kelompok kami. Tentu,
tulisan yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan,maka segala saran dan kritik
yang membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan di waktu yang akan datang.
Akhirnya,
dari lubuk hati yang dalam kami kelompok V mengucapkan Terima kasih
Dan kiranya hasil kerja kelompok kami ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Malang, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI
........................................................................................................................ ii
BAB
1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang
.............................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3
Tujuan Penulisan
.......................................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum
.................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1
Pengertian Morfologi .................................................................................................... 3
2.1.1 Kesimpulan
...................................................................................................... 3
2.1.2
Ruang lingkup morfologi
................................................................................. 3
2.2
Pengertian Morfem
...................................................................................................... 4
2.2.1 Kesimpulan
Morfem ....................................................................................... 4
2.2.2
Klasifikasi Morfem
......................................................................................... 4
2.3
Simpulan Morfem ........................................................................................................ 4
2.4
Pengertian Morf dan Alomorf
................................................................................... 5
2.5
Proses Morfologis ....................................................................................................... 5
2.5.1
Pengimbuhan
.................................................................................................. 5
2.5.2
Pengulangan
2.5.3
Pemajemukan
2.6
Analisis Morfem
2.7
Perbedaan Kata
2.8
Kategori Kata
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Morfologi
adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasasebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata laindapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk
kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan,1987:19).Kata
Morfologi berasal dari kata morphologie . Kata morphologie
berasal dari bahasaYunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe
berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu.
Bunyi [o] yang terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa
munculdiantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna
unsur-unsur pembentukannyaitu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari
dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan
makna (arti) yang muncul serta perubahan kelaskata yang disebabkan perubahan
bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata
lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat
terendah dan kata pada tingkat tertinggi.Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari
seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan
bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata. Dalam mempelajari Morfologi, nantinya kita akan menemui banyak sekali
istilah-istilah yang bertalian ilmu Morfologi, seperti morfem, morf,
alomorf dan deretan morfologik.Tanpa
didasari dengan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep tersebut bukan
tidak mungkin jika nantinya kita akan mengalami kesulitan dalam memahami
Morfologi. Olehkarena itu, sebelum melangkah ke seluk beluk pembentukan kata
yang menjadi sasaranutama dalam morfologi, ada baiknya jika kita
terlebih dahulu memahami konsep-konsep dasar yang bertalian dengan morfologi tersebut. Untuk itu penulis merasa perlu
untuk membahaskonsep-konsep dasar dalam morfologi seperti morfem, morf,
alomorf dan deretan morfologik dalam
makalah ini untuk memberikan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep
dasar tersebut. Dengan harapan nantinya dapat membantu pembaca
lebih memahami Morfolog
1
1.2
Rumusan masalah
• Tinjauan terhadap morfologi
a.Apa pengertian morfologi?
b.Kesimpulan Morfologi
• tinjauan terhadap morfem
a. Apakah
Pengertian Morfem ?
b.Apakah Unsur-Unsur yang Terdapat dalam Morfem ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Makalah ini dibuat sebagai salah satu persyaratan atau kriteria dalam mengikuti
mata kuliah linguisik umum di IKIP BUDI UTOMO MALANG semester satu (1)
Untuk program
Bahasa Indonesia dan bermanfaat bagi para penulis dapat mengenali dan memahami
morfologi
BAB
II
KAJIAN
DASAR-DASAR MORFOLOGI
2.1. PENGERTIAN
MORFOLOGI
2.1.1
Secara etimologis
Kata
Morfologi berasal dari kata morphologie.
Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan
logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang
terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua
kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur
pembentukannya itu, kata
morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
2.1.2secara
leksikal
satuan
gramatikal. Morfologi mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
pada Perubahan- perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti
kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
2.1.3
Pendapat Para Ahli
·
Morfologi
adalah ilmu yang mempelajari tentangg
seluk beluk kata serta fungsi
perubahan perubahan kata, baik secara
gramatikal maupun secara semantik (Ramlan, 1987: 21).
• Morfologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari morfem dan kombinasi- kombinasinya;
bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni
morfem (Kridalaksana, 1993: 51).
• Morfologi adalah bagian dari tatabahasa yang
membicarakan bentuk kata
(Keraf,1984:51).
Dalam kaitannya dengan
kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu,
perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata
yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam
morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam
morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah
ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
2.1.5
Ruang Lingkup Morfologi
2.1.5.1
Pengertian
Morfem
·
Morfem adalah satuan gramatikal terkecil
yang mempunyai makna (Chaer, 1994:146).
·
Morfem adalah satuan bahasa terkecil
yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian
bermakna yang lebih kecil; misalnya (ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya
adalah morfem (Kridalaksana, 1993: 141).
·
Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang
tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun
maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
·
Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang
memiliki makna dalam tutur suatu bahasa (Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau
dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh
Hockett itu, tergolong ke dalam satuan gramatik yang paling kecil.
·
Morfem
adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan
artinya (Keraf, 1984: 52).
·
Morfem,
dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan
dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk
imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata
duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan
arti pada kata duga. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Dari konsep
dan presepsi yang disampaikan para ahli kita dapatmenyimpulkan bahwa morfem
adalah satuan gramatik terkecil yang mempunyai
makna. Baik secara leksikal maupun gramatikal.
2.2.5.2 Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem
Untuk mengenal
morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai
pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan
morfem (Lihat Ramlan, 1980), yakni sebagai berikut:
1. Prinsip pertama
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu
morfem.
membaca
kemanusiaan
Contoh:
baca
ke-an
pembaca
kecepatan
bacaan
kedutaan
membacakan
kedengaran
_
Karena struktur
fonologis dan
Satuan tersebut walaupun
maknanya sama,
maka satuan struktur fonologisnya sama,
tersebut
merupakan morfem
bukan merupak morfem
yang
sama.
yang sama
karena makna gramatikalnya berbeda.
2. Prinsip
Kedua
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur fonolis yang berbeda, merupakan satu morfem apabila
bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur
fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan setiap morf itu
bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
Contoh:
mem –
:
membawa
meN-
men
-
: menulis
meny -
: menyisir
meng -
: menggambar
me-
: melempar
Perubahan setiap
morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
3. Prinsip
Ketiga
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur ontologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak
dapat dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem
apabila mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.
Perhatikan contoh berikut:
ber-
: berkarya, bertani, bercabang
bel-
: belajar, belunjur
be-
: bekerja, berteriak, beserta
Kedudukan afiks
ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi
komplementer.
4.
Prinsip Keempat
Apabila dalam
deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka
kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.
Misalnya:
1.
Rina membeli sepatu
2.
Rina menulis surat
3.
Rina membaca novel
4.
Rina menggulai ikan
5.
Rina makan pecal
6.
Rina minum susu
Semua
kalimat itu berstruktur SPO. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif
transitif. Lau pada kalimat a, b. c, dan d, verba aktif transitif tersebut
ditandai oleh meN-, sedangkan pada kalimat e dan f verba aktif transitif itu
ditandai kekosongan (meN- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang
disebut morfem zero.
5.
Prinsip Kelima
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem,
mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai
struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja merupakan
fonem yang berbeda.
Contoh:
1. a.
Jubiar membeli buku
2. b. Buku
itu sangat mahal
2. a.
Juniar membaca buku
2. b.
Juniar makan buku tebu
Satuan buku
pada kalimat 1. a dan 1.b merupakan morfem yang sama karena maknanya sama.
Satuan buku pada kalimat kalimat 2. a dan 2.b bukanlah morfem yang sama karena
maknanya berbeda.
6. Prinsip
Keenam
Setiap bentuk
yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap satuan
gramatik yang tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang
lebih kecil, adalah morfem. Misalnya, satuan ber- dan lari pada berlari,
ter- dan tinggi pada tertinggi tidak dapat dipisahkan
lagiatas satuan-satuan yang lebih kecil. oleh karena itu, ber-, lari,
ter, dan tinggi adalah morfem.
2.2.5.3 Mengklasifikasikan
Morfem sebagai berikut ini. (Chaer (1994: 151)
a.
Berdasarkan
kebebasannya, dibedakan adanya:
•
Morfem bebas,
yaitu morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam penuturan.
Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, bagus, adalah termasuk morfem bebas.
•
Morfem terikat, aitu morfem yang tidak
mempunyai potensi untuk berdiri sendiri dan yang selalu terikat dengan morfem
lain untuk membentuk ujaran. Misalnya, bentuk juang, henti, gaul, dan semua
bentuk afiks.
b.
Berdasarkan
keutuhannya,dibedakan adanya:
• Morfem utuh, yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan yang utuh.
Misalnya, meja, kursi, rumah henti, juang, dan sebagainya. http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik
• Morfem terbagi, yaitu morfem yang merupakan dua bagian yang terpisah
atau terbagi. Misalnya, pada kata satuan (satu) merupakan morfem utuh dan (ke-
/-an) adalah morfem terbagi. Semua afiks dalam bahasa Indonesia termasuk morfem
terbagi.
Morfem terbelah atau terbagi juga
morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu keutuhan. morfem-morfem
itu terbelah oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian}
terdapat imbuhan ke-an atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau {ber….an}. contoh
lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf
/g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak
terletak pada morfemnya itu sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi morf
terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem {gigi}
dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.
c.
Berdasarakan
unsur pembentuk, dibedakan atas:
1. Morfem
segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental.
Sebagai contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen
yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem
segmental. oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem
segmental.
2. Morfem
supra segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem
3. suprasegmental.
Misal, jeda dalam bahasa Indonesia. Contoh:
1. bapak
wartawan
bapak//wartawan.
2. ibu
guru
ibu//guru
d. Berdasarkan
maknanya, dibedakan:
·
Morfem yang bermakna leksikal merupakan
satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem yang bermakna leksikal itu
merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah mengalami pengolahan
gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika. Contoh: morfem {sekolah}.
berarti ‘tempat belajar’.
·
Morfem yang tak bermakna leksikal dapat
berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. morfem-morfem
tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti
‘memakai sepatu’.
e. Morfem Monofonemis dan Morfem Polifonemis.
·
Morfem monofonemis merupakan morfem yang
terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa Indonesia pada dapat dilihat pada morfem
{-i} kata datangi atau morfem{a} dalam bahasa Inggris pada seperti pada
kata asystematic.
·
Morfem polifonemis merupakan morfem yang
terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem. Contoh, dalam bahasa Inggris morfem
{un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa Indonesia morfem {se-} berarti ‘satu,
sama’.
f.
Morfem Aditif,
Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif
·
Morfem aditif adalah morfem yang
ditambah atau ditambahkan. kata-kata yang mengalami afiksasi, seperti yang
terdapat pada contoh-contoh berikut merupakan kata-kata yang terbentuk dari
morfem aditif itu.
1. mengaji
2. Childhood
berbaju
houses
·
Morfem replasif merupakan morfem yang
bersifat penggantian. dalam bahasa Inggris, misalnya, terdapat morfem
penggantian yang menandai jamak. Contoh: {fut} à {fi:t}.
·
Morfem substraktif adalah morfem yang
alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem) yang
terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.
2.2
Morf dan Alomorf
Morf
dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf
adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada
kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah
diketahui statusnya (misal [b¶r], [b¶], [b¶l] adalah alomorf dari morfem ber-.
Atau bias dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi
yang mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain
alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi
setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah.
Contohnya, morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-,
dan menge-.
Perhatikan
contoh:
Alomorf= variasi bentuk bunyi
karena pengaruh lingkungan kata,
Perhatikan contoh:
•{ber-} menjadi {be-}, {bel-},
dan {ber-}
•{pe-N} menjadi {pe-}, {pen-},
{pem-}, {peny}, {peng-}, dan {penge-}
•{me-N} menjadi {me-}, {men-},
{mem-}, {meny-}, {meng-}, dan {menge}
Secara
fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem
awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar
yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada
bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi
pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada
bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk
menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+{cat}=
mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama
tersebut disebut alomorf. (Kridalaksana, 1993: 141).
2.3 Proses Morfologis
Proses
morfologis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan
morfem yang satu dengan morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar
(Cahyono, 1995: 145). Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu:
pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan.
1.
Pengafiksan
Bentuk (atau
morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan
(Alwi dkk., 2003: 31). Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu
satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk
membentuk kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:
- Berbaju
- Menemukan
- Ditemukan
- Jawaban.
Bila dilihat
pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan
dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah
(infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).
2.
Reduplikasi
Reduplikasi
adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik
disertai
variasi fonem
maupun tidak (Cahyono, 1995:145).
Contoh:
berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.
3.
Penggabungan atau Pemajemukan
Proses
pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan Suparno, 1994:181).
Contoh:
- Sapu tangan
- Rumah sakit
4. Perubahan
Intern
Perubahan
intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu
sendiri.
Contoh: dalam
bahasa Inggris
Singular
|
plural
|
Foot
Mouse
|
Feet
mice
|
5.
Suplisi
Suplisi adalah
proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru.
Contoh: dalam
bahasa Inggris
Go
went
sing
sang
6.
Modifikasi kosong
Modifikasi
kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya
tetapi konsepnya saja yang berubah.
Contoh: read-
read-read
B. Proses
Morfofonemik
Proses perubahan
fonem sebuah morfem yang digunakan untuk mempermudah ucapan.
Contoh:
Perubahan
prefiks meng-
-
meng + asah = mengasah
-
meng + lihat = melihat
-
menga + datangkan = mendatangkan
-
meng + terjemah = menerjemahkan
-
meng + patuhi = mematuhi
E. Proses morfemis menurut
Verhaar
- Afiksasi adalah pengimbuhan afiks
- Prefix adalah imbuhan di sebelah kiri bentuk dasar.
Contoh: mengajar
- Sufiks adalah imbuhan di sebelah kanan bentuk dasar
Contoh: ajarkan
- Infiks adalah imbuhan yang disisipkan dalam kata dasar
Contoh: gerigi
- Konfiks adalah imbuhan dan akhiran pada sebuah bentuk dasar
Contoh: perceraian
- Fleksi adalah afiksasai yang terdiri atas golongan kata yang sama
Contoh: mengajar – diajar
3. Derifasi adalah afiksasi
yang terdiri atas golongan kata yang tidak sama
Contoh: mengajar – pengajar
- Klitika adalah morfem pendek yang tidak dapat diberi aksen atau tekanan melekat pada kata atau frasa lain dan meiliki arti yang tidak mudah untuk dideskripsikan secara leksikal, serta tidak melekat pada kelas kata tertentu.
Contoh: -pun, -lah
sekalipun
apalah
F. Kata
1. Hakikat Kata
Para linguis yang sehari-hari
bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai
kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata itu. Satu
masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan gramatikal.
Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia, misalnya: mengajar,
di ajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah lima buah kata yang berbeda,
melainkan varian dari sebuah kata yang sama. Tetapi bentuk-bentuk, mengajar,
pengajar, pengajaran, dan ajarlah adalah lima kata yang berlainan.
Kata adalah satuan terkecil dari
kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang
terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita akui sebagai kata
bila bentuk itu sudah mempunyai makna. (Lahmudin Finoza).
Kata ialah morfem atau kombinasi
morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat
diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (Kridalaksana). Perhatikan kata-kata di
bawah ini.
- Mobil
- Rumah
- Sepeda
- Ambil
- Dingin
- Kuliah.
Keenam kata yang kita ambil
secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita
pasti akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes, libma, ninggib, haklab
bukan kata dari bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.
Dari segi bentuknya kata dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermofem tunggal, dan (2) kata
yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar
atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk
dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan. Perhatikan perubahan
kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.
2. Pembentukan Kata
Pembentukan kata ini mempunyai
dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat
derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan dibicarakan
berikut ini.
1). Inflektif
Kata-kata dalam bahasa-bahasa
berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat
digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan
kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu.
2). Derifatif
Pembentukan kata secara derivatif
adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan
kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari
kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas
verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang
berkelas nomina.
Tabel 1
Perubahan Kata Dasar Menjadi
Kata Turunan
yang Mengandung Berbagai Arti
Kata Dasar
|
Pelaku
|
Proses
|
Hal/Tempat
|
Perbuatan
|
Hasil
|
Asuh
baca
bangun
buat
cetak
edar
potong
sapu
tulis
ukir
|
pengasuh
pembaca
pembangun
pembuat
pencetak
pengedar
pemotong
penyapu
penulis
pengukir
|
pengasuhan
pembacaan
pembangunan
pembuatan
pencetakan
pengedaran
pemotongan
penyapuan
penulisan
pengukiran
|
perbuatan
percetakan
peredaran
perpotongan
persapuan
|
mengasuh
membaca
membangun
membuat
mencetak
mengedar
memotong
menyapu
menulis
mengukir
|
asuhan
bacaan
bangunan
buatan
cetakan
edaran
potongan
sapuan
tulisan
ukiran.
|
Dalam tabel 1 itu terlihat
perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk, juga mengubah
makna. Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata.
(Keraf, Gorys. 1993. Komposisi.
Flores: Nusa Indah, http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar