UNTUK MATA KULIAH "KARYA ILMIAH"
OLEH:ENGEL ELVENT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melalui karya ilmiah hendak disampaikan suatu hasil pengamatan
(observasi), percobaan (eksperimen), penelitian atau studi pustaka. Penyampaian
itu dilakukan dengan menggunakan media bahasa. Bahasa yang digunakan dalam penyampaian
hasil pengamatan, percobaan, penelitian, atau studi pustaka itu adalah bahasa
ragam tulis, bukan ragam lisan. Ragam tulis dalam karya ilmiah hendaklnya
jelas, lugas, dan komunikatif supaya pembaca dengan mudah dapat memahami
isisnya.
Jelas berarti bahwa bahasa yang digunakan memperlihatkan secara jelas
unsur-unsur kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam
tiap-tiap kalimat terlihat bagian mana yang merupakan subjek, bagian mana yang
merupakan predikat, dan bagian mana yang merupakan objek, (dalam struktur
transitif), serta bagian mana yang merupakan keterangan (kalau ada) sehingga
setiap kalimat yang terdapat dalam karya ilmiah itu memenuhi persyaratan kaidah
tata bahasa.
Lugas berarti
bahwa bahasa yang digunakan tidak menimbulkan tafsir ganda. Bentuk dan pilihan
kata serta susunan kalimat bahasa karya ilmiah hanya memungkinkan satu pilihan
tafsiran, yaitu tafsiran yang sesuai dengan maksud penulis. Setiap kata diberi
bobot makna yang sewajarnya sehingga tidak perlu diulang dengan berbagai
sinonim atau paralelisme. Pemakaian pleonasme sedapat-dapatnya dihindarkan.
Demikian juga, pemakaian metafora dihindarkan karena bahasa yang lugas harus
langsung menunjukkan persoalan. Di samping itu, bahasa yang lugas
memperlihatkan ekonomi bahasa sepanjang tidak mengganggu kaidah tata bahasa,
ejaan, ataupun pilihan kata.
Komunikatif berarti bahwa wacana yang disajikan menciptakan komunikasi
antara pembaca dan penulis. Wacana dapat menjadi komunikatif jika disajikan
secara logis dan bersistem. Kelogisan itu terlihat pada hubungan antarbagian
dalam kalimat, antarkalimat dalam alinea, dan antaralinea dalam sebuah wacana,
yaitu memperlihatkan hubungan yang masuk akal; misalnya, hubungan sebab akibat,
ururtan peristiwa, dan pertentangan. Bersistem berarti bahwa uraian yang
disajikan menunjukkan urutan yang mencerminkan hubungan yang teratur. Hubungan
yang masuk akal dan teratur itu tercermin dalam ketetapan penggunaan kata
penghubung intrakalimat seperti karena, sehingga, supaya, dan, lalu, tetapi dan
ketetapan penggunaan kata atau ungkapan penghubung antarkalimat – misalnya,
jadi, namun, sebaliknya, oleh karena itu,di samping itu, sehubungan dengan itu,
dan dengan demikian. Di samping itu, tentu saja tanda baca ikut menunjang
penyajian uraian yang logis dan bersistem itu.
Masalah pemakaian/istilah asing atau daerah dan singkatan perlu pula
/mendapat perhatian dalam penggunaan bahasa karya ilmiah. Pemakaian/istilah
asing ataupun daerah dihindarkan, terutama kata kata atau istilah yang telah
mempunyai padanan dalam bahasa indonesia. Jika kata/istilah Indonesia yang
dilakukan masih dirasakan perlu dijelaskan dengan kata/istilah asingnya, karena
istilah Indonesia itu belum dikenal oleh masyarakat luas, maka istilah
Indonesia dituliskan lebih dahulu, lalu disertakan istilah asing yang
ditempatkan di dalam kurung dan di garis bawahi.
Selanjutnya,
cukup digunakan istilah Indonesianya saja. Demikan juga, pemakaian singkatan
sedapat-dapatnya dihindarkan karena singkatan tidak memiliki nilai dokumentasi
yang tinggi, kecuali singkatan yang sudah sangat umum diketahui oleh
masyarakat, seperti SD, MPR, IGGI. Jika terpaksa digunakan singkatan, pertama
kali muncul singkatan itu ditulis dengan didahului bentuk lengkapnya dan
singkatannya ditempatkan didalam kurung. Selanjutnya, cukup dituliskan
singkatannya saja.
Salah satu ciri keilmiahan adalah keobjektifan. Oleh karena itu, karya
ilmiah harus disajikan dengan seobjektif-objektifnya. Ejaan yang digunakan adalah ejaan yang resmi, yaitu Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Baik mengenai penulisan kata atau istilah maaupun
penggunaan pungtuasi (tanda baca) benar-benar harus diperhatikan kaidah-kaidah
yang terdapat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Sistematika Penulisan.
Sebuah karya ilmiah memiliki judul, kata pengantar, pendahuluan, isi,
penutup, dan daftar pustaka. Karya yang agak panjang (lebih dari 10 halaman)
biasanya dilengkapi dengan daftar isi yang ditempatkan di antara kata pengantar
dan pendahuluan. Hal-hal lain yang dianggap perlu disertakan dalam karya ilmiah
itu dapat dilampirkan; misalnya, korpus data, alat pengumpul data (kuesioner,
tes), dan peta. Walaupun karya ilmiah dapat disajikan dengan berbagai metode
dan sistematika penulisan, sebaiknya dalam suatu perguruan tinggi disepakati
sistematika penulisan karya ilmiah yang seragam.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana struktur Karya Ilmiah yang benar?
b.
Apa yang harus diperhatikan dalam menulis Karya
Ilmiah?
1.3 Tujuan
1.4 Metode Penulisan
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 STRUKTUR
UTAMA KARYA ILMIAH
Pada dasarnya,
laporan ilmiah dapat dikatakan sebagai bentuk singkat sebuah makalah
penelitian. Hal ini terlihat dari bentuknya. Bila makalah mensyaratkan
penyertaan daftar isi beserta daftar-daftar lain yang memang dibutuhkan,
laporan ilmiah lebih ringkas lagi. Dalam sebuah laporan ilmiah, biasa disajikan
dalam jurnal-jurnal penelitian, struktur sebuah tulisan ilmiah dapat mengikuti
pola yang dikemukakan Soeseno (1982) berikut ini:
a.
Judul
yang disertai nama penulis dan tempat tugas pekerjaannya.
b.
Abstrak
yang menunjukkan intisari tulisan hasil penelitian yang hendak disajikan.
c.
Pendahuluan,
yang sering berisi informasi latar belakang dan identifikasi masalah guna
mengantar para pembaca ke arah masalah dan pemecahannya.
d.
Tubuh
utama, yang berisi:
-
bahan
dan metode penelitian yang dipakai;
-
uraian
pelaksanaan dan tafsiran maupun rekaannya.
e.
Penutup,
yang berisi:
-
hasil
penelitian dan pembahasan;
-
ucapan
terima kasih kepada mereka yang telah membantu terlaksananya penelitian.
f.
Referensi
berupa daftar pustaka yang telah digunakan dalam penelitian.
Pola di atas
tidak sepenuhnya mutlak. Khusus dalam jurnal-jurnal ilmiah, masing-masing
jurnal biasanya memberlakukan struktur penulisannya masing-masing. Informasi
itu biasanya selalu disertakan dalam salah satu lembaran jurnal.
2.2 Bagian-
bagian penting dalam penulisan karya ilmiah
2.2.1
Pendahuluan
Pendahuluan
merupakan bab pertama yang mengantarkan pembaca untuk mengetahui ikhwal topik
penelitian, alasan, dan pentingnya suatu karya ilmiah. Pendahuluan dalam
laporan penelitian lebih kompek daripada pendahuluan dalam makalah dan artikel
ilmiah untuk jurnal. Pendahuluan untuk artikel dan makalah disampaikan secara
lebih ringkas dan unsur-unsurnya tidak harus dicantumkan secara eksplisit.
Bab
pendahuluan biasanya memuat latar belakang yang dengan singkat mengulas alasan
mengapa penelitian dilakukan, tujuan, dan hipotesis jika ada. Memberikan alasan
yang kuat, termasuk kasus yang dipilih dan alasan memilih alasan tersebut,
perumusan dan pendekatan masalah, metode yang akan digunakan dan manfaat hasil
penelitian. Bab ini seyogianya membimbing pembaca secara halus, tetap melalui
pemikiran logis yang berakhir dengan pernyataan mengenai apa yang diteliti dan
apa yang diharapkan dari padanya. berikan kesan bahwa apa yang anda teliti
benar-benar bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pembangunan. Bagian tujuan
penelitian mengakhiri bab pendahuluan yang berisi pernyataan singkat mengenai
tujuan penelitian. Dalam menuliskan tujuan, gunakan kata kerja yang hasilnya
dapat diukur dan dilihat, seperti menjajaki, menguraikan, menerangkan, menguji,
membuktikan, atau menerapkan suatu gejala, konsep, atau dugaan (Widya dkk,
2004: 6-7).
Pendahuluan
dalam penelitian dapat dibedakan pada laporan penelitian kuantitatif dan
laporan penelitian kualitatif. Pendahuluan dalam laporan penelitian kualitatif
memuat uraian tentang:
-
latar belakang masalah penelitian,
-
identifikasi masalah,
-
cakupan masalah (penegasan dan
pembatasan masalah),
-
rumusan masalah,
-
tujuan penelitian,
-
keguanaan penelitian,
-
sistematik.
A. Latar
Belakang Masalah
Bagian ini menerangkan keternalaran (kerasionalan) mengapa
topik yang dinyatakan pada judul karya tulis ilmiah itu diteliti. Untuk
menerangkan keternalaran tersebut perlu dijelaskan dulu pengertian topik yang
dipilih. Baru kemudian diterangkan argumen yang malatarbelakangi pemilihan
topik itu dari sisi substansi dalam keseluruhan sistem substansi yang
melingkupi topik itu. Dalam hal ini dapat dikemukakan misalnya adanya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara teori dan praktek, antara
dasolen dan dasain dari konsep dalam topik.
Setelah itu diterangkan
keternalaran pemilihan topik dari paradigma penelitian sejenis. Untuk itu perlu
dilakukan kajian pustaka yang memuat hasil-hasil penelitian tentang topik atau
yang berkaitan dengan topik yang dipilih. Dengan melihat hasil yang diperoleh
dalam penelitian sebelumnya dapat ditunjukkan bahwa topik yang dipilih masih
layak untuk diteliti.
Topik yang pernah
diteliti boleh saja diteliti, asal penelitian yang baru itu dapat menghasilkan
sesuatu yang baru, yang berbeda dan dapat mengatasi kekurangan hasil penelitian
sebelumnya, atau dalam penelitian yang baru itu digunakan teori atau metode
tyang berbeda dan diduga dapat menghasilkan temuan yang lain dari sebelumnya.
Dalam skripsi atau
tugas akhir, kajian pustaka untuk mengemukakan keternalaran (kerasionalan)
pemilihan topik penelitian itu bisa dikemukakan di bawah judul tersendiri,
misalnya hasil penelitian sebelum ini. Dalam kajian pustaka itu, pembicaraan
dilakukan secara kronologis. Dengan demikian, diketahui kemajuan penelitian
yang dilakukan pada peneliti selama ini dan diketahui pula posisi peneliti
sekarang dalam deretan penelitian sejenis. Dengan demikian peneliti memiliki
alasan yang mendasar (baik empiris, praktis, maupu teoritis) mengenai pemilihan
topik penelitiannnya.
Contoh
Latar Belakang Masalah:
Dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan terdapat beberapa aspek yang harus
diperhatikan, antara lain guru, kurikulum, sarana/prasarana, lingkungan belajar
dan masyarakat serta pemerintah. Dalam pembelajaran guru dituntut harus
profesional dalam melaksanakan tugasnya dan para siswa harus terlibat aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan ditunjang dengan tersedianya sarana dan
prasarana yang memadai. Tersedianya
guru yang professional, siswa berperan aktif serta tersedianya sarana dan
prasarana, belum cukup untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan
pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan, perlu tersedianya kurikulum
yang senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan kata lain, agar kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik maka perlu tersedianya guru yang
professional, adanya peran aktif dari para siswa, tersedianya kurikulum yang
baik, dan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi sebagai salah satu mata pelajaran di SMA diajarkan sejak Kurikulum 1984 hingga sekarang. Pada Kurikulum 1984, mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi digabung. Mata pelajaran ini tidak dipelajari sejak kelas I SMA, namun diberikan sejak kelas II untuk jurusan A3 dan A4. Pada Kurikulum 1994, mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi dipisah. Mata pelajaran Sosiologi diberikan mulai dari kelas II program umum sampai kelas III jurusan IPS dan Bahasa, sedangkan mata pelajaran Antropologi hanya diberikan di jurusan IPS dan Bahasa. Pada Kurikulum 2004 dan KTSP, mata pelajaran Sosiologi diberikan di kelas X, kelas XI dan XII untuk Jurusan IPS. Mata pelajaran Antropologi diberikan di kelas XI dan XII untuk jurusan Bahasa. Kegiatan pembelajaran Sosiologi dan Antropologi di SMA perlu ditunjang dengan tersedianya guru yang professional, adanya peran aktif dari para siswa, tersedianya kurikulum yang baik, dan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Muatan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja, tenaga guru yang profesional dan kompeten, sarana dan prasarana disesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi sebagai salah satu mata pelajaran di SMA diajarkan sejak Kurikulum 1984 hingga sekarang. Pada Kurikulum 1984, mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi digabung. Mata pelajaran ini tidak dipelajari sejak kelas I SMA, namun diberikan sejak kelas II untuk jurusan A3 dan A4. Pada Kurikulum 1994, mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi dipisah. Mata pelajaran Sosiologi diberikan mulai dari kelas II program umum sampai kelas III jurusan IPS dan Bahasa, sedangkan mata pelajaran Antropologi hanya diberikan di jurusan IPS dan Bahasa. Pada Kurikulum 2004 dan KTSP, mata pelajaran Sosiologi diberikan di kelas X, kelas XI dan XII untuk Jurusan IPS. Mata pelajaran Antropologi diberikan di kelas XI dan XII untuk jurusan Bahasa. Kegiatan pembelajaran Sosiologi dan Antropologi di SMA perlu ditunjang dengan tersedianya guru yang professional, adanya peran aktif dari para siswa, tersedianya kurikulum yang baik, dan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Muatan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja, tenaga guru yang profesional dan kompeten, sarana dan prasarana disesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidik atau guru
sebagai salah satu pelaku dalam kegiatan pembelajaran Sosiologi dan Antropologi
harus tersedia secara memadai, baik secara kuantitas maupun secara kualitas.
Secara kuantitas, guru Sosiologi dan Antropologi harus tersedia dalam jumlah
tertentu agar beban mengajarnya tidak terlalu banyak. Secara kualitas, guru
Sosiologi dan Antropologi harus memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diampunya.
Meskipun mata
pelajaran Sosiologi dan Antropologi di berikan di SMA sejak Kurikulum 1984. namun lembaga pencetak tenaga
guru (ex IKIP) di Indonesia baru tahun 2001 membuka Program Studi Pendidikan
Sosiologi dan Antropologi. Akibatnya, dengan belum adanya tenaga guru mata
pelajaran Sosiologi dan Antropologi maka menjadi terbatasnya jumlah tenaga
guru. Lebih dari itu, mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi diampu oleh guru
yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Mata pelajaran Sosiologi
dan Antropologi diampu oleh guru-guru yang kekurangan jam mengajarnya. Sebab
ada ketentuan dari otoritas pendidikan bahwa beban mengajar guru minimal 18 jam
per minggu. Itulah sebabnya tidak aneh jika mata pelajaran Sosiologi dan
Antropologi diampu oleh guru-guru yang berlatar belakang pendidikan Geografi,
Sejaran, Teknik, PKn, dan PKK. Bagaimana keadaan dan kebutuhan guru Sosiologi
dan Antropologi di SMA Negeri di Jawa Tengah saat ini? Untuk memperoleh
gambaran mengenai ini perlu diadakan penelitian.
B.
Identifikasi dan Rumusan Masalah
Rumusan
masalah adalah rumusan persoalan yang perlu dipecahkan atau dipertanyakan yang
perlu dijawab dengan penelitian. Perumusan itu sebaiknya disusun dalam bentuk
kalimat tanya, atau sekurang-kurangnya mengandung kata-kata yang menyatakan
persoalan atau pertanyaan. Yakni apa, siapa, berapa, seberapa, sejauh mana.
Bagaimana (bisa tentang cara atau wujud keadaan) dimana, kemana, dari mana,
mengapa dan sebagainya.
Rumusan
masalah harus diturunkan dari rumusan topik, tidak boleh keluar dari lingkup
topik. Oleh karena itu, rumusan masalah hendaklah mencakupi semua variabel yang
tergambarkan dalam topik. Kalau ada variabel umum dan khusus, hendaklah
dirumuskan masalah pokok beserta sub-sub masalahnya. Jadi, rumisan masalah
harus terinci dan teruarai dengan jelas agar dapat dipecahkan dan dicarikan
data pemecahannya.
Rumusan
masalah yang baik harus memungkinkan untuk menentukan metode penentuan data dan
pemecahannya secara tepat atau akurat. Untuk itu, sebelum masalah dirumuskan perlu
diidentifikasi dengan baik.
Identifikasi
masalah bisa dikemukakan di bawah sub-judul tersendiri sesudah latar belakang,
meskipu yang penting bukan judulnya melainkan identifikasinya. Dengan
identifikasi masalah, memungkinkan perumusan masalah yang operasional menjadi
lebih mudah. Masalah yang operasional memiliki ciri, antara lain: (1)
masalahnya dapat dipecahkan, (2) menggambarkan variabel penelitian yang jelas,
(3) bentuk dan jenis data yang diperlukan dapat dipastikan secara akurat, (4)
teknik pengumpulan data dapat ditentikan secara tepat, (5) teknik analisis data
dapat diterapkan secara tepat.
Permasalahan
penelitian dikategorikan baik jika memenuhi kriteria berikut:
a.
Pernytaan masalah pokok bersifat
spesifik dan mencerminkan signifikan dan pentingnya penelitian.
b.
Analisis yang tajam mengenai fakta,
penjelasan, keberadaan informasi dan pengetahuan dan memuat faktor-faktor
spesifik yang mempengaruhi munculnya permasalahan
c.
Mencerminkan interelasi antarvariabel
dan relevansinya dengan area permasalahan
d.
Mengungkapkan faktor-faktor atau
variabel-variabel yang akan dikaji dan menjalaskna hubungannya dengan area
permasalahan.
e.
Disajikan secara sistematis dan teratur,
memuat interelasi, relevansi fakta dengan konsep dalam area permasalahan.
f.
Identifikasi masalah diungkapkan dngam
pernyataan yang jelas.
g.
Variabel-variabel penelitian yang
dianalisis tidak membingungkan dan secara nyata dapat dibedakan yang tergolong
variavel beas, terikat, dsb.
h.
Ada perbedaan yang jelasn antara
pertanyaan-pertanyaan masalah dengan orientasi faktual dan orientasi nilai
dalam penelitian.
i.
Ada perbedaan yang jelas antara
orientasi teoritis penelitian dan orientasi praktis, ingin mencari hubungan,
perbedan, atau proyeksi
j.
Pernyataan maslah harus mengacu pada
perumusan hipotesis, mengungkapkan data empiris atau keduanya.
k.
Pernyataan masalah tidak memuat
masalah-masalah yang sepele.
Contoh
Rumusan Masalah Artikel Ilmiah:
Berdasarkan latar belakang diatas
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimana
keterserapan lulusan prodi pendidikan Sosiologi dan Antropologi Jurusan
Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES pada lapangan kerja yang tersedia?
2.
Lapangan
kerja apa saja yang menyerap lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi
Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES?
3.
Bagaimana
upaya lulusan dalam mengakses lapangan kerja?
Contoh
Rumusan Masalah Laporan Hasil Penelitian:
Berdasarkan
latar belakang tersebut di atas maka masalah adalah “Bagaimana keadaan dan
kebutuhan guru Sosiologi dan Antropologi di SMA Negeri di Jawa Tengah”?
Berangkat dari permasalahan ini maka penelitian ini ingin menjawab :
a. Bagaimana keadaan guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah?
a. Bagaimana keadaan guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah?
b.Bagaimana
kebutuhan-kebutuhan guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa
Tengah?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian mengungkapkan apa yang hendak dicapai dengan penelitian. Tujuan
dirumuskan sejajar dengan rumusan masalah. Misalnya: (1) apakah ada pengaruh X
terhadap Y, maka tujuannya ialah menentukan ada tidaknya pengaruh X terhadap Y,
(2) apakah ada antara hubungan antara X dan Y, maka tujuannya ialah menentukan
ada tidaknya hubungan antar X dan Y, (3) bagaimanakan persepsi peneliti
terhadap pelayanan akademik, maka tujuannya ialah mendeskripsikan
persepsi..dst.
Contoh
Tujuan Penelitian dalam Artikel Jurnal:
Adapun
tujuan penelitian ini adalah:
a. Memperoleh
data tentang guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah.
b. Memperoleh
masukan tentang kebutuhan-kebutuhan guru mata pelajaran Sosiologi dan
Antropologi SMA di Jawa Tengah.
D. Kegunaan
Penelitian.
Yang
diuraikan disini ialah kegunaan atau pentingnya penelitian dilakukan, baik bagi
pengembangan ilmu maupun bagi kepentinagn praktik Uraian ini sekaligus
berfungsi untuk menunjukan bahwa masalah yang dipilih memang layak diteliti.
Pendahuluan
dalam laporan peenelitian kualitatif pada dasarnya menguraikan bagian-bagian
yang sama seperti dalam laporan penelitian yang menggunakan penelitian
kuantitatif yang berisi (1) latar belakang, (2) identifikasi dan pembatasan
masalah, (3) perumusan masalah atau fokus masalah, (4) tujuan penelitian, (5)
kegunaan penelitian, dan (6) sistematika. meskipun demikian ada persoalan yang
perlu mendapat perhatian dalam penyusunan laporan penelitian yang menggunakan
penelitian kualitatif,:
a. Perumusan
masalah perlu mendapat perhatian karena ada perbedaan substansial anatara
penelitian kualitatif dan kuantitatif. penelitian kualitatif lebih diarahkan
atau ditujukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa. oleh karena
itu, perumusan masalah harus difokuskan pada persoalan utama secara tegas dan
jelas. jika perlu, peneliti dapat menyertakan masalah-masalah yang lebih kecil
sebagai unsur dari masalah utama (pokok) dan disajikan setelah masalah pokok.
b. Tujuan
penelitian mengungkapkan apa yang ingin dicapai dalam penelitian dan
menggambarkan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencari jawaban atas
masalah penelitian. Tujuan dirumuskan dengan kalimat yang jelas, operasional,
dan merupakan jabaran pemecahan masalah penelitian.
c. Kegunaan
atau pentingnya penelitian, baik bagi pengembangan ilmu maupun bagi kepentingan
praktis, diuraikan secara jelas. uraian dalam sub Bab ini dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa masalah yang dipilih itu benar-benar penting untuk diteliti.
Contoh Kegunaan Penelitian dalam Artikel
Jurnal:
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a. Memperoleh
data tentang guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah.
b. Memperoleh
masukan tentang kebutuhan-kebutuhan guru mata pelajaran Sosiologi dan
Antropologi SMA di Jawa Tengah.
E.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam
penelitian diperlukan 2 landasan, yakni kerangka teoritis dan metodologis.
Kerangka teoritis adalah teori yang digunakan untuk membangun kerangka kerja
penelitian. kerangka metodoligis ialah hal ikhwal yang berkaitan dengan desain
penelitian, termasuk langka-langkah pengumpulan dan pengolahan data (variabel,
instrument, validitas dan realibilitas instrument, serta teknik pengumpulan dan
analisis data) dengan berbagai alasannya. Keduanya diuraikan dalam dua bagian
penelitian yang berbeda, tetapi berirutan. Kerangka teoritis diuraikan dalam
bab II, sedangkan kerangka metodologi diuaraikan dalam bab III.
Dalam
kerangka teoritis dinyatakan teori apa yang digunakan untuk landasan kerja
penelitian. Teori itu bisa disusun sendiri secara eklektik. bisa juga berupa
teori yang digunakan oleh seorang ahli. Namun, teori apapun, yang digunakan
harus dapat dipertanggungjawabkan melalui kajian sejumlah pustaka dan hasil
penelitian dalam lingkup topic penelitian atau tugas akhir.
Penyebutan
nama teori saja tidaklah cukup. Prinsip-prinsip teotri itu perlu diuaraikan,
termasuk pendekatan dan metode kerja teori itu. variabel-variabel penelitian
perlu diterangkan menurut pandangan teori yang dipilih itu. Untuk itu, landasan
teori merupakan pemaparan konsep-konsep menurut pendapat penulis atau penemu.
Teori tersebut dan kemudian dipaparkan menurut sudut pandang peneliti dengan
disertai cara mengukurnya.
Dalam
laporan penelitian kualitatif terdapat bagian penelaahan kepustakaan dan/atau
kerangka teritik, sesuai dengan pendekatan dan desain penelitian yang
digunakan. bagaian ini disajikan dalam bab tersendiri (Bab II), dan disarankan
bukan hanya menguraikan penelaahan kepustakaan, melainkan dilengkapi dengan
kerangka teoritiknya.
Pentingnya
penelaahan kepustakaan dalam penelitian atau penyusunan laporan penelitian
yaitu karena pada hakikatnya hasil penelitian seseorang bukanlah satu penemuan
baru yang berdiri sendiri melainkan sesuatu yang berkaitan dengan temuan dari
penelitian sebelumnya. Dalam bagian ini hasil penelitian sebelumnya harus
dikemukakan untuk memberi gambaran pengetahuan yang mendasari pola kesamaan
penelitian dan pada gilirannya dapat diketahui kontribusi hasil penelitian bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan/atau kebijakan praktis secara jelas.
Penelaahan kepustakaan disusun secara kronologis sesuai dengan kemutakhiran
teori maupun data empiris sehingga dapat diketahui perkembangan keilmuan dan
hasil penelitian.
Kerangka
teoritik berfungsi sebagai “hipotesis kerja” dimungkinkan untuk disajikan
dalamm penelitian kualittatif. Kerangka teoritik dalam penelitian kualitatif
metupakan kumpulan konsep-konsep relevan yang terintegrasi dalam satu system
penjelasan yang berfungsi sebagai pedoman kerja, baik dalam menyusun metode,
pelaksanaan di lapangan, maupun pembahasan hasil penelitian.
Meskipun
tidak mutlak kehadirannya, telaah pustaka tetap menjadi kaharusan dalam
penelitian kualitatif. Telaah pustaka atau landasan teori dikategorikan baik
jika memenuhi kriteria berikut:
a. Menggunakan
sumber-sumber mutahir disamping sumber yang dianggap klasik.
b. Menggunakan
sumber2 berupa artikel yang dimuat pada jurnal atau majalah ilmiah.
c. Kutipan
atas sumber pustaka disajikan secata tepat, dianalisis dan dihubungkan dengan
permasalahan.
d. Jumlahnya
mencukupi dan tidak ada kesan berlebihan.
1.
Prosedur penelitian (rancangan dan
metodologi) dikategorikan baik jika memenuhi kriteria berikut:
Logika struktur dan strategi studi disajikan secara hati-hati, termasuk didalamnya identifikasi variabel, ketepatan paradigma, bagan arus, atu model skematik.
Logika struktur dan strategi studi disajikan secara hati-hati, termasuk didalamnya identifikasi variabel, ketepatan paradigma, bagan arus, atu model skematik.
2.
Deskripsi sampel penelitian diungkapkan
secara jelas, meliputi cara penarikan sampel, ukuran
sampel, dan strata.
3.
Menggunakan prosedur pengumpulan data
yang tepat dan terkait dengan masalah dan fokus penelitian.
4.
Ada kesesuaian antara rumusan masalah
dan fokus penjelajahan di lapangan.
5.
Ketepatan menggunakan prosedur
pengolahan data.
F.
Metode Penulisan/Penelitian
Dalam
karya ilmiah laporan penelitian bagian metode penelitian dibuat dalam bab
tersendiri. Dalam artikel untuk jurnal metode penelitian/penulisan juga ditulis
dalam bagian tersendiri tetapi tidak dalam bentuk bab. Dalam karya ilmiah
makalah bahan seminar bagian metode penelitian tidak ditulis secara eksplisit
menjadi bab.
Dalam
laporan penelitian ada perbedaaan antara metode penelitian dalam metode
kuantitatif dan metode kualitatif. Metode penelitian dalam laporan penelitian
kuantitatif, prosedur penelitian dimulai dari pengumpulan data, pengolahan
data, dan diakhiri dengan analisis data. Yang perlu diuraikan dalam bab
pendekatan atau penelitian kuantitatif adalah: (1) jenis dan desain penelitian,
(2) populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel (3) Variabel yang
dirumuskan secara operasional, (4) instrument penelitian disertai penentuan
validitas dan reliabilitasnya, (5) teknik pengumpulan data , (6) teknik
pengolahan dan analisis data.
Dalam
uraian tentang metode penelitian itu tidak cukup hanya disebut istilah-istilah,
seperti angket guide interview observasi, wawancara. masing-masing istilah
tersebut perlu diterangkan prosedur penggunaan atau pelaksanaannya. bahkan,
kegunaan dari masing-masing teknik atau metode yang digunakan perlu diterangkan
secara jelas.
Sebaliknya
pengertian populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, angket, guide
interview, guide observation, wawancara dan sebagainya tidak perlu diuraikan
sebagaimana dalam mata kuliah metodologi penelitian. yang diuraikan adalah
siapa atau apa populasinya, berapa ukuran populasinya, berpa ukuran sampelnya,
apa teknik penarikan sampelnya, apa alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data, apa teknik pengumpulan datanya, apa teknik pengolahan dan analisis data
yang dipilih dan digunakan. masing-masing metode penelitian yabg dipilih perlu
diuraikan secara operasional sesuia dengan apa yang dikerjakan oleh peneliti.
Metode
penelitian dalam laporan penelitian kualitatif terdapat beberapa perancangan
dan hal ini mengakibatkan penyajiannya akan berbeda pula. Ada beberapa
pendekatan penelitian kualitatif yang sering digunakan, seperti: (1)
fenomologi. (2) hermeneutika, (3) etnografi, (4) grounded theory. Adapun desain
penelitian kualitatif dapat berupa studi kasus, grounded study, etnometodologi,
biografi, historical social science, riset klinis dll. Kerangka penelitian
kualitatif yang diuraiakan dan dalam pedoman ini tidak dimaksudkan untuk semua
jenis penelitian kualitatif yang bersifat khusus melainkan hanya untuk memberi
kerangka dasar bagi penulisan karya ilmiah atau laporan penelitian yang
menggunakanj metode penelitian kulaitatif secara umum.
Metode
penelitian dalam laporan penelitian kualitatif mencakup bagian-bagian sebagai
berikut: (1) dasar penelitian, (2) fokus penelitian,(3) sumber data, (4) teknik
sampling, (5) alat dan teknik pengumpulan data, (6)objektivitas dan keabsahan
data, (7) Model analisis data, (8) Prosedur penelitian.
Bagian-bagian
tersebut harus diuraikan sesuai dengan apa terutama dalam penusunan laporan
yang dilakukan peneliti, Dengan kata lain, uaraian bagian ini hanya bersifat
konseptual atau teoritik, tetapi menyajikan uraian mengenai kejadian yang
dilakukan peneliti di lapangan, misalnya, untuk mendapatkan data yang objektif
dilakukan triangulasi. Secara teoritik ada 4 macam triangulasi yaitu: (1)
motode, (2) sumber, (3) peneliti, (4) teori. Demikian juga dengan model
analisis, secara teoritik ada beberapa model yang dapat digunakan seperti:
interactive analysis models dan (2) flow analysisi models.
1.1.2 Bagaian
Isi Karangan
Bagian yang merupakan
inti karya ilmiah ini memaparkan uraian pokok masalah yang dibahas. Uraian
bagian ini hendaknya dapat memberikan petunjuk kepada pembaca dalam memahami
setiap langkah dan keseluruhan pembahasan. Di samping itu, bagian isi ini harus
menunjukkan kelengkapan, ketaasasan, keeksplesitan, analisis, dan kesimpulan
materi yang dibahas.
Panjang lebar
uraian harus proporsional dengan pentingnya (anak) masalah yang dibahas. Jika
perlu, bagian ini dapat dijadikan lebih satu bab, tergantung pada keluasan
masalah yang dibahas. Judul bab masing-masing (jika lebih dari satu bab)
mencerminkan masalah pokok yang dibahas. Bab isi ini mengungkapkan :
a.
Uraian
masalah yang dibahas;
b.
Analisis
dan interprestasi;
c.
Ilustrasi
atau contoh-contoh;
d.
Tabel,
bagan, gambar (kalau ada).
a. Deskripsi
Data
Berisi serangkaian data yang berhasil dikumpulkan, baik data pendukung seperti latar belakang lembaga / instansi yang diteliti, struktur organisasi dan sebagainya sert data utama yang diperlukan untuk pengujian hipotesis. Data-data tersebut harus dideskripsikan secar sistematis.
Berisi serangkaian data yang berhasil dikumpulkan, baik data pendukung seperti latar belakang lembaga / instansi yang diteliti, struktur organisasi dan sebagainya sert data utama yang diperlukan untuk pengujian hipotesis. Data-data tersebut harus dideskripsikan secar sistematis.
b. Pembahasan
Bagian ini berisi pembahasan tentang hasil penelitian sesuai dengan acuan dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Bagian pembahasan ini memperlihatkanketajaman dan keluasan wawasan penulis mengenai permasalahan yang dikajinya.
Bagian ini berisi pembahasan tentang hasil penelitian sesuai dengan acuan dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Bagian pembahasan ini memperlihatkanketajaman dan keluasan wawasan penulis mengenai permasalahan yang dikajinya.
c. Hasil
berupa data penelitian yang telah diolah dan dituangkan dalam bentuk tabel,
grafik, foto, atau gambar. Pembahasan berisi hasil analisis dan hasil
penelitian yang dikaitkan dengan struktur pengetahuan yang telah mapan
(tinjauan pustaka yang diacu oleh penulis), dan memunculkan ‘teori-teori’ baru
atau modifikasi terhadap teori-teori yang telah ada. Berisi tentang kupasan,
analisis, argumentasi dan pendirian penulisan mengenai masalah yang
dibicarakan.
d. Sajikan
hasil penelitian sewajarnya secara bersistem. Jika data terlalu banyak,
adakalanya Anda perlu selektif dalam menyajikannya. Dengan pertimbangan yang
masak, rancanglah tabel, grafik, gambar atau alat penolong lain untuk
memperjelas dan mempersingkat uraian yang harus diberikan. Jangan berikan
informasi berulang, misalnya dalam bentuk tabel dan gambar. Tabel dan gambar
perldisebut dalam teks dan letaknya tidak berjauhan dari teks yang
bersangkutan. Hindari pengulangan informasi yang sudah ada dalam ilustrasi
secara panjang lebar. Tafsirkan hasil yang diperoleh dengan memperhatikan dan
menyesuaikannya dengan masalah atauhipotesis yang diungkapkan dalam
Pendahu-luan. Adakalanya Hasil digabungkan dengan Pembahasan, menjadi bagian
yang dinamakan Hasil dan Pembahasan.
Sewaktu mengumpulkan data, mengolahnya, dan menyusunnya dalam tabel, dengan sendirinya Anda telah memiliki sejumlah gagasan yang telah dikembangkan dalam Pembahasan. Pengembangan gagasan ini disebut ‘argumen’. Anda harus membandingkan dengan hasil peneliti terdahulu, kemudian buatlah pertimbangan teoretisnya. Dengan demikian, maka Pembahasan merupakan kumpulan argumen mengenai relevansi, manfaat, dan kemungkinan atau keterbatasan percobaan Anda, serta hasilnya.
Sewaktu mengumpulkan data, mengolahnya, dan menyusunnya dalam tabel, dengan sendirinya Anda telah memiliki sejumlah gagasan yang telah dikembangkan dalam Pembahasan. Pengembangan gagasan ini disebut ‘argumen’. Anda harus membandingkan dengan hasil peneliti terdahulu, kemudian buatlah pertimbangan teoretisnya. Dengan demikian, maka Pembahasan merupakan kumpulan argumen mengenai relevansi, manfaat, dan kemungkinan atau keterbatasan percobaan Anda, serta hasilnya.
e. Dikatakan
oleh Rifai (1995), bahwa Pembahasan merupakan bagian tempat seseorang paling
bebas berekspresi. Pendapat orang yan sudah diringkas dalam Pendahuluan atau
Tinjauan Pustaka tidak perlu diulang lagi tetapi diacu saja seperlunya.
Bentangkan arti temuan serta jelaskan bagaimana simpulan baru itu memperluas
cakrawala ilmu dan teknologi. Bila perlu berikan implikasi penerapan temuan aru
tadi dan tunjukkan segi-segi lain yang perlu diteliti lebih lanjut. Akhiri
pembahasan secara positif, tegas, dan kuat.
f. Menurut
Calderon & Gonzales (1993), ada lima unsur yang dapat dituliskan dalam
berargumen dan menyampaikan implikasi dari temuan.
1) Nyatakan situasi yang ditemukan dalam penelitian: bisa memuaskan atau tidak memuaskan. Misal: Mayoritas guru sains di Provinsi A tidak memenuhi kualifikasi untuk mengajarkan sains.
2) Nyatakan kemungkinan penyebab situasi itu. Jika ada situasi,mestinya ada penyebab, dan mestinya ada hubungan logis antarasituasi dan penyebab; bila tidak, yang dianggap penyebab bukanlah penyebab yang sesungguhnya. Dalam contoh di atas, penyebab logis kurangnya guru berkualifikasi untuk menangani mata ajaran sains ialah kurang cermatnya petugas rekrutmen dalam menyeleksi calon guru, atau tidak cukupnya pelamar yang berkualifikasi untuk menduduki posisi guru sains.
3) Nyatakan efek yang mungkin timbul dari situasi itu. Hampir pasti, ada pula efek yang timbul dari situasi tsb. dan mestinya ada hubungan logis antara situasi dan efek yang mungkin. Efek logis dari kurangnya guru berkualifikasi pada pengajaran sains ialah bahwa pengajaran akan kurang efektif dan ini dapat merugikan siswa.
4) Nyatakan tindakan untuk mengatasi situasi yang kurang memuaskan atauuntuk meningkatkan situasi yang sudah baik. Wajar saja untuk mengambil tindakan guna meng-atasi situasi yang kurang memuaskan. Namun, situasi yang sudah baik pun perlu terus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Langkah logis untuk mengatasi keadaan guru yang tidak berkualifikasi ialah dengan mensyaratkan peningkatankualitas melalui pendidikan dalam bidang sains, menghadiri seminar, mengikuti pelatihan, membaca lebih banyak publikasi sains.
5) Nyatakan badan atau bidang terkait yang terpengaruhi. Dalam contoh yang diambil ini, pengajaran sains di Provinsi A yan terpengaruhi. Anda dapat melanjutkan pembahasan tentang implikasi temuan Anda pada pengajaran sains. Implikasi ini barangkali tidak berlaku untuk keadaan pendidikan secara keseluruhan. Hasil dan Pembahasan: Kedua bagian ini dapat disatukan atau dipisah, bergantung pada gaya selingkung jurnal yang bersangkutan. Di bagian ini dapat dikemukakan produk dan dihasilkan dan spesifikasinya, uraian teknik instalasi produk (jika diperlukan), uraian hasil uji efisiensi dan fungsional produk, tabel dan gambar teknis atau foto setiap aplikasi metode, produk, dan hasil pengujian.
1) Nyatakan situasi yang ditemukan dalam penelitian: bisa memuaskan atau tidak memuaskan. Misal: Mayoritas guru sains di Provinsi A tidak memenuhi kualifikasi untuk mengajarkan sains.
2) Nyatakan kemungkinan penyebab situasi itu. Jika ada situasi,mestinya ada penyebab, dan mestinya ada hubungan logis antarasituasi dan penyebab; bila tidak, yang dianggap penyebab bukanlah penyebab yang sesungguhnya. Dalam contoh di atas, penyebab logis kurangnya guru berkualifikasi untuk menangani mata ajaran sains ialah kurang cermatnya petugas rekrutmen dalam menyeleksi calon guru, atau tidak cukupnya pelamar yang berkualifikasi untuk menduduki posisi guru sains.
3) Nyatakan efek yang mungkin timbul dari situasi itu. Hampir pasti, ada pula efek yang timbul dari situasi tsb. dan mestinya ada hubungan logis antara situasi dan efek yang mungkin. Efek logis dari kurangnya guru berkualifikasi pada pengajaran sains ialah bahwa pengajaran akan kurang efektif dan ini dapat merugikan siswa.
4) Nyatakan tindakan untuk mengatasi situasi yang kurang memuaskan atauuntuk meningkatkan situasi yang sudah baik. Wajar saja untuk mengambil tindakan guna meng-atasi situasi yang kurang memuaskan. Namun, situasi yang sudah baik pun perlu terus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Langkah logis untuk mengatasi keadaan guru yang tidak berkualifikasi ialah dengan mensyaratkan peningkatankualitas melalui pendidikan dalam bidang sains, menghadiri seminar, mengikuti pelatihan, membaca lebih banyak publikasi sains.
5) Nyatakan badan atau bidang terkait yang terpengaruhi. Dalam contoh yang diambil ini, pengajaran sains di Provinsi A yan terpengaruhi. Anda dapat melanjutkan pembahasan tentang implikasi temuan Anda pada pengajaran sains. Implikasi ini barangkali tidak berlaku untuk keadaan pendidikan secara keseluruhan. Hasil dan Pembahasan: Kedua bagian ini dapat disatukan atau dipisah, bergantung pada gaya selingkung jurnal yang bersangkutan. Di bagian ini dapat dikemukakan produk dan dihasilkan dan spesifikasinya, uraian teknik instalasi produk (jika diperlukan), uraian hasil uji efisiensi dan fungsional produk, tabel dan gambar teknis atau foto setiap aplikasi metode, produk, dan hasil pengujian.
g. Penyajian
dan analisis data dikategorikan memenuhi kriteria yang baik jika memenuhi
kriteria berikut:
Ø Dirumuskan
secara logis dan teratur, kerangka hipotesis. Deduksi, tujuan dan pertanyaan
penelitian ditempatkan pada dimensi keterkaitan yang intensif
Tidak menyajikan hal-hal yang bersifat subjektif dan spekulatif.
Tidak menyajikan hal-hal yang bersifat subjektif dan spekulatif.
Ø Analisis
terhadap fakta yang diperoleh secara konsisten.
Ø Terhindar
dari generalisasi yang berlebihan (overgeneralization) atau pengungkapan yang
tidak ada hubungannya dengan data penelitian.
Ø Kesalinghubungan
penemuan empiris selama penelitian diungkap secara eksplisit dengan menghindari
distorsi data penelitian.
Ø Faktor-faktor tidak terkontrol yang diduga
dapat mempengaruhi ketepatan data diantipasi sedemikian rupa melalui diskusi.
Ø Harus
jelas perbedaan antara fakta dan kecendurungan yang berkembang dalam proses
penelitian.
Ø Hindari
kontradiksi, ketidakkonsistenan atau elemen-elemen yang tidak terarah dalam
data temuan.
Ø Tabel,
gambar, bagan, dan sejenisnya disajikan secara tepat baik bentuk, isi, maupun
posisi.
h. Pada
bagian pembahasan dihubungkan untuk memperhatikan ataupun merujuk pula hasil
penelitian lain ataupun terdahulu. Selain itu perlu diungkapkan pula
keterbatasan ataupun limitasi dari hasil yang diperoleh dan diperiksa apakah
hasil yang diperoleh telah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian tersebut,
dan perlu juga diungkapkan saran ataupun penelitian lanjutan yang perlu
dilaksanakan.
1.1.3 Bagian
Penutup karangan
Bagian penutup
ini berisi kesimpulan dari saran (kalau ada saran). Yang dikemukakan dalam kesimpulan
adalah peryataan-peryataan kesimpulan analisis atau pembahasan yang dilakukan
dalam bab-bab isi. Kesimpulan merupakan jawaban permasalahan yang dikemukakakn
dalam pendahuluan. Kesimpulan bukan rangkuman atau ikhtisar. Pernyataan
kesimpulan dapat berupa uraian (essai) atau berupa butir-butir yang bernomor.
Pada bagian akhir penutup ini dapat dikemukakan saran yang dirasakan perlu
disampaikan kepada pembaca berkenaan dengan pembahasan masalah dalam karya
ilmiah itu.
1.1.4 Catatan
Catatan
merupakan tambahan keterangan tentang fakta, teori, atau pernyataan yang
dikemukakan dalam uraian yang memerlukan penjelasan, tetapi catatan itu tidak
dapat dimasukan dalam uraian karena mengganggu. Catatan dibuat jika memang
diperlukan.
1.1.5 Daftar
Pustaka
Daftar pustaka
berisi daftar buku, majalah, artikel dalam majalah atau surat kabar, atau
artikel dalam kumpulan karangan (antologi) yang digunakan sebagai acuan dalam
pengumpulan data, analisis/pembahasan, ataupun penyusunan karya ilmiah. Daftar
pustaka merupakan persyaratan suatu karya ilmiah. Di samping itu penyusun
daftar pustaka sebagai daftar acuan memudahkan pembaca yang berminat menemukan
sumber data yang digunakan.
1.1.6 Bibliografi
Bibliografi
atau yang umumnya disebut sebagai daftar pustaka turut menjadi bagian yang
penting. Asumsinya, sebuah penelitian ilmiah tentu akan menggunakan
referensi-referensi pendukung. Tidak ada batasan minimal maupun maksimal dalam
penggunaan referensi. Namun, ini bukan berarti bahwa peneliti bisa seenaknya
mencantumkan referensi. Referensi yang terlalu sedikit bisa menandakan peneliti
tidak banyak membaca literatur pendukung atau hasil penelitian terkait.
Sementara bila terlalu banyak, bisa-bisa dicurigai hasil tulisannya didominasi
oleh pendapat ahli daripada pendapat peneliti itu sendiri. Oleh karena itu,
pemanfaatan referensi harus dilakukan sewajar dan seperlunya saja.
Tata cara
penulisan bibliografi pun harus diperhatikan. Bedakan sumber referensi yang
berasal dari buku dengan majalah dan surat kabar. Mengingat dunia internet saat
ini pun menawarkan beragam hasil penelitian yang dengan mudah dapat diakses,
peneliti dapat memanfaatkan sumber-sumber tersebut sebagai bahan referensi
penelitiannya. Khusus untuk sumber referensi dari internet, saat ini disepakati
bahwa tata cara penulisannya sebagai bibliografi diperlakukan seperti layaknya
sebuah artikel.
Pada bagian
ini, penulis bisa memberi gambaran singkat mengenai karya tulis yang ia
hasilkan. Penyajiannya harus dilakukan dengan variasi yang kreatif, agar tidak
dianggap menjiplak bagian latar belakang masalah pada pendahuluan.
1.1.7
Lampiran
Lampiran
adalah bagian dari suatu karya ilmiah yang merupakan keterangan/informasi
tambahan yang dianggap perlu untuk menunjang kelengkapan karya ilmiah.
Keterangan/informasi yang dapat dilampirkan tergantung pada jenis, sifat, dan
tujuan karya ilmiah itu, misalnya, korpus data, kuesioner atau tes yang dipakai
untuk mengumpulkan data, peta lokasi penelitian, tabel bagan, atau gambar yang
tidak dapat dimasukkan dalam uraian karena terlalu mengganggu penyajian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat
beberapa kerangka dan bagian-bagian yang harus kita dipatuhi seperti yang telah diperjelaskan penulis dalam Bab II.
Kita ketahui bahwa Kerangka dan
bagian-bagian dari karya ilmiah ini selain berfungsi sebagai acuan dasar
penulisan juga dapat mempermudah penulis untuk memaparkan alur tulisannya.
Untuk itu, sebelum karya ilmiah ditulis maka kerangka dan bagian-bagian karya
ilmiah merupakan langkah awal yang harus dilalui oleh penulis sehinggah dapat
menyingkap isi atau masalah dalam sebuah karangan yang ditulis oleh sang
penulis.
3.2 Saran
Makalah kecil
ini kami buat dengan sedemikian rupa kiranya dapat berguna bagi kita semua yang berkeinginan sebagai
penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 2004.
"Diksi dan Gaya Bahasa". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Soeseno, Slamet. 1982.
"Teknik Penulisan Ilmiah-Populer". Jakarta: Gramedia.
Sudaryanto. 2001.
"Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan
secara Linguistis". Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Nasucha yakub, Muh.
Rohmadi, Agus Budi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya
Tulis
Ilmiah (Mata Kuliah Kepribadian). Media Perkasa. Yogyakarta.
http://daryono.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7181/Pedoman+PI+FE.doc
REBA MANGGARAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar