Selasa, April 21, 2015

STRUKTUR KARYA ILMIAH

 MAKALAH KARYA ILMIAH 
UNTUK MATA KULIAH "KARYA ILMIAH"
OLEH:ENGEL ELVENT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Melalui karya ilmiah hendak disampaikan suatu hasil pengamatan (observasi), percobaan (eksperimen), penelitian atau studi pustaka. Penyampaian itu dilakukan dengan menggunakan media bahasa. Bahasa yang digunakan dalam penyampaian hasil pengamatan, percobaan, penelitian, atau studi pustaka itu adalah bahasa ragam tulis, bukan ragam lisan. Ragam tulis dalam karya ilmiah hendaklnya jelas, lugas, dan komunikatif supaya pembaca dengan mudah dapat memahami isisnya.
Jelas berarti bahwa bahasa yang digunakan memperlihatkan secara jelas unsur-unsur kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam tiap-tiap kalimat terlihat bagian mana yang merupakan subjek, bagian mana yang merupakan predikat, dan bagian mana yang merupakan objek, (dalam struktur transitif), serta bagian mana yang merupakan keterangan (kalau ada) sehingga setiap kalimat yang terdapat dalam karya ilmiah itu memenuhi persyaratan kaidah tata bahasa.
Lugas berarti bahwa bahasa yang digunakan tidak menimbulkan tafsir ganda. Bentuk dan pilihan kata serta susunan kalimat bahasa karya ilmiah hanya memungkinkan satu pilihan tafsiran, yaitu tafsiran yang sesuai dengan maksud penulis. Setiap kata diberi bobot makna yang sewajarnya sehingga tidak perlu diulang dengan berbagai sinonim atau paralelisme. Pemakaian pleonasme sedapat-dapatnya dihindarkan. Demikian juga, pemakaian metafora dihindarkan karena bahasa yang lugas harus langsung menunjukkan persoalan. Di samping itu, bahasa yang lugas memperlihatkan ekonomi bahasa sepanjang tidak mengganggu kaidah tata bahasa, ejaan, ataupun pilihan kata.
Komunikatif berarti bahwa wacana yang disajikan menciptakan komunikasi antara pembaca dan penulis. Wacana dapat menjadi komunikatif jika disajikan secara logis dan bersistem. Kelogisan itu terlihat pada hubungan antarbagian dalam kalimat, antarkalimat dalam alinea, dan antaralinea dalam sebuah wacana, yaitu memperlihatkan hubungan yang masuk akal; misalnya, hubungan sebab akibat, ururtan peristiwa, dan pertentangan. Bersistem berarti bahwa uraian yang disajikan menunjukkan urutan yang mencerminkan hubungan yang teratur. Hubungan yang masuk akal dan teratur itu tercermin dalam ketetapan penggunaan kata penghubung intrakalimat seperti karena, sehingga, supaya, dan, lalu, tetapi dan ketetapan penggunaan kata atau ungkapan penghubung antarkalimat – misalnya, jadi, namun, sebaliknya, oleh karena itu,di samping itu, sehubungan dengan itu, dan dengan demikian. Di samping itu, tentu saja tanda baca ikut menunjang penyajian uraian yang logis dan bersistem itu.
Masalah pemakaian/istilah asing atau daerah dan singkatan perlu pula /mendapat perhatian dalam penggunaan bahasa karya ilmiah. Pemakaian/istilah asing ataupun daerah dihindarkan, terutama kata kata atau istilah yang telah mempunyai padanan dalam bahasa indonesia. Jika kata/istilah Indonesia yang dilakukan masih dirasakan perlu dijelaskan dengan kata/istilah asingnya, karena istilah Indonesia itu belum dikenal oleh masyarakat luas, maka istilah Indonesia dituliskan lebih dahulu, lalu disertakan istilah asing yang ditempatkan di dalam kurung dan di garis bawahi.
Selanjutnya, cukup digunakan istilah Indonesianya saja. Demikan juga, pemakaian singkatan sedapat-dapatnya dihindarkan karena singkatan tidak memiliki nilai dokumentasi yang tinggi, kecuali singkatan yang sudah sangat umum diketahui oleh masyarakat, seperti SD, MPR, IGGI. Jika terpaksa digunakan singkatan, pertama kali muncul singkatan itu ditulis dengan didahului bentuk lengkapnya dan singkatannya ditempatkan didalam kurung. Selanjutnya, cukup dituliskan singkatannya saja.
Salah satu ciri keilmiahan adalah keobjektifan. Oleh karena itu, karya ilmiah harus disajikan dengan seobjektif-objektifnya. Ejaan yang digunakan adalah ejaan yang resmi, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Baik mengenai penulisan kata atau istilah maaupun penggunaan pungtuasi (tanda baca) benar-benar harus diperhatikan kaidah-kaidah yang terdapat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Sistematika Penulisan.
Sebuah karya ilmiah memiliki judul, kata pengantar, pendahuluan, isi, penutup, dan daftar pustaka. Karya yang agak panjang (lebih dari 10 halaman) biasanya dilengkapi dengan daftar isi yang ditempatkan di antara kata pengantar dan pendahuluan. Hal-hal lain yang dianggap perlu disertakan dalam karya ilmiah itu dapat dilampirkan; misalnya, korpus data, alat pengumpul data (kuesioner, tes), dan peta. Walaupun karya ilmiah dapat disajikan dengan berbagai metode dan sistematika penulisan, sebaiknya dalam suatu perguruan tinggi disepakati sistematika penulisan karya ilmiah yang seragam.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana struktur Karya Ilmiah yang benar?
b.      Apa yang harus diperhatikan dalam menulis Karya Ilmiah?

1.3  Tujuan
1.4  Metode Penulisan


BAB III
PEMBAHASAN

2.1  STRUKTUR UTAMA KARYA ILMIAH
Pada dasarnya, laporan ilmiah dapat dikatakan sebagai bentuk singkat sebuah makalah penelitian. Hal ini terlihat dari bentuknya. Bila makalah mensyaratkan penyertaan daftar isi beserta daftar-daftar lain yang memang dibutuhkan, laporan ilmiah lebih ringkas lagi. Dalam sebuah laporan ilmiah, biasa disajikan dalam jurnal-jurnal penelitian, struktur sebuah tulisan ilmiah dapat mengikuti pola yang dikemukakan Soeseno (1982) berikut ini:
a.       Judul yang disertai nama penulis dan tempat tugas pekerjaannya.
b.      Abstrak yang menunjukkan intisari tulisan hasil penelitian yang hendak disajikan.
c.       Pendahuluan, yang sering berisi informasi latar belakang dan identifikasi masalah guna mengantar para pembaca ke arah masalah dan pemecahannya.
d.      Tubuh utama, yang berisi:
-          bahan dan metode penelitian yang dipakai;
-          uraian pelaksanaan dan tafsiran maupun rekaannya.
e.       Penutup, yang berisi:
-          hasil penelitian dan pembahasan;
-          ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu terlaksananya penelitian.
f.       Referensi berupa daftar pustaka yang telah digunakan dalam penelitian.
Pola di atas tidak sepenuhnya mutlak. Khusus dalam jurnal-jurnal ilmiah, masing-masing jurnal biasanya memberlakukan struktur penulisannya masing-masing. Informasi itu biasanya selalu disertakan dalam salah satu lembaran jurnal.
2.2  Bagian- bagian penting dalam penulisan karya ilmiah
2.2.1        Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bab pertama yang mengantarkan pembaca untuk mengetahui ikhwal topik penelitian, alasan, dan pentingnya suatu karya ilmiah. Pendahuluan dalam laporan penelitian lebih kompek daripada pendahuluan dalam makalah dan artikel ilmiah untuk jurnal. Pendahuluan untuk artikel dan makalah disampaikan secara lebih ringkas dan unsur-unsurnya tidak harus dicantumkan secara eksplisit.
Bab pendahuluan biasanya memuat latar belakang yang dengan singkat mengulas alasan mengapa penelitian dilakukan, tujuan, dan hipotesis jika ada. Memberikan alasan yang kuat, termasuk kasus yang dipilih dan alasan memilih alasan tersebut, perumusan dan pendekatan masalah, metode yang akan digunakan dan manfaat hasil penelitian. Bab ini seyogianya membimbing pembaca secara halus, tetap melalui pemikiran logis yang berakhir dengan pernyataan mengenai apa yang diteliti dan apa yang diharapkan dari padanya. berikan kesan bahwa apa yang anda teliti benar-benar bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pembangunan. Bagian tujuan penelitian mengakhiri bab pendahuluan yang berisi pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian. Dalam menuliskan tujuan, gunakan kata kerja yang hasilnya dapat diukur dan dilihat, seperti menjajaki, menguraikan, menerangkan, menguji, membuktikan, atau menerapkan suatu gejala, konsep, atau dugaan (Widya dkk, 2004: 6-7).
Pendahuluan dalam penelitian dapat dibedakan pada laporan penelitian kuantitatif dan laporan penelitian kualitatif. Pendahuluan dalam laporan penelitian kualitatif memuat uraian tentang:
-          latar belakang masalah penelitian,
-          identifikasi masalah,
-          cakupan masalah (penegasan dan pembatasan masalah),
-          rumusan masalah,
-           tujuan penelitian,
-          keguanaan penelitian,
-          sistematik.

A.    Latar Belakang Masalah 
Bagian ini menerangkan keternalaran (kerasionalan) mengapa topik yang dinyatakan pada judul karya tulis ilmiah itu diteliti. Untuk menerangkan keternalaran tersebut perlu dijelaskan dulu pengertian topik yang dipilih. Baru kemudian diterangkan argumen yang malatarbelakangi pemilihan topik itu dari sisi substansi dalam keseluruhan sistem substansi yang melingkupi topik itu. Dalam hal ini dapat dikemukakan misalnya adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara teori dan praktek, antara dasolen dan dasain dari konsep dalam topik.
Setelah itu diterangkan keternalaran pemilihan topik dari paradigma penelitian sejenis. Untuk itu perlu dilakukan kajian pustaka yang memuat hasil-hasil penelitian tentang topik atau yang berkaitan dengan topik yang dipilih. Dengan melihat hasil yang diperoleh dalam penelitian sebelumnya dapat ditunjukkan bahwa topik yang dipilih masih layak untuk diteliti.
Topik yang pernah diteliti boleh saja diteliti, asal penelitian yang baru itu dapat menghasilkan sesuatu yang baru, yang berbeda dan dapat mengatasi kekurangan hasil penelitian sebelumnya, atau dalam penelitian yang baru itu digunakan teori atau metode tyang berbeda dan diduga dapat menghasilkan temuan yang lain dari sebelumnya.
Dalam skripsi atau tugas akhir, kajian pustaka untuk mengemukakan keternalaran (kerasionalan) pemilihan topik penelitian itu bisa dikemukakan di bawah judul tersendiri, misalnya hasil penelitian sebelum ini. Dalam kajian pustaka itu, pembicaraan dilakukan secara kronologis. Dengan demikian, diketahui kemajuan penelitian yang dilakukan pada peneliti selama ini dan diketahui pula posisi peneliti sekarang dalam deretan penelitian sejenis. Dengan demikian peneliti memiliki alasan yang mendasar (baik empiris, praktis, maupu teoritis) mengenai pemilihan topik penelitiannnya.
Contoh Latar Belakang Masalah:
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain guru, kurikulum, sarana/prasarana, lingkungan belajar dan masyarakat serta pemerintah. Dalam pembelajaran guru dituntut harus profesional dalam melaksanakan tugasnya dan para siswa harus terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan ditunjang dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Tersedianya guru yang professional, siswa berperan aktif serta tersedianya sarana dan prasarana, belum cukup untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan, perlu tersedianya kurikulum yang senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan kata lain, agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik maka perlu tersedianya guru yang professional, adanya peran aktif dari para siswa, tersedianya kurikulum yang baik, dan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi sebagai salah satu mata pelajaran di SMA diajarkan sejak Kurikulum 1984 hingga sekarang. Pada Kurikulum 1984, mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi digabung. Mata pelajaran ini tidak dipelajari sejak kelas I SMA, namun diberikan sejak kelas II untuk jurusan A3 dan A4. Pada Kurikulum 1994, mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi dipisah. Mata pelajaran Sosiologi diberikan mulai dari kelas II program umum sampai kelas III jurusan IPS dan Bahasa, sedangkan mata pelajaran Antropologi hanya diberikan di jurusan IPS dan Bahasa. Pada Kurikulum 2004 dan KTSP, mata pelajaran Sosiologi diberikan di kelas X, kelas XI dan XII untuk Jurusan IPS. Mata pelajaran Antropologi diberikan di kelas XI dan XII untuk jurusan Bahasa.
Kegiatan pembelajaran Sosiologi dan Antropologi di SMA perlu ditunjang dengan tersedianya guru yang professional, adanya peran aktif dari para siswa, tersedianya kurikulum yang baik, dan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Muatan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja, tenaga guru yang profesional dan kompeten, sarana dan prasarana disesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidik atau guru sebagai salah satu pelaku dalam kegiatan pembelajaran Sosiologi dan Antropologi harus tersedia secara memadai, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Secara kuantitas, guru Sosiologi dan Antropologi harus tersedia dalam jumlah tertentu agar beban mengajarnya tidak terlalu banyak. Secara kualitas, guru Sosiologi dan Antropologi harus memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.
Meskipun mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi di berikan di SMA sejak Kurikulum 1984. namun lembaga pencetak tenaga guru (ex IKIP) di Indonesia baru tahun 2001 membuka Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Akibatnya, dengan belum adanya tenaga guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi maka menjadi terbatasnya jumlah tenaga guru. Lebih dari itu, mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi diampu oleh guru yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi diampu oleh guru-guru yang kekurangan jam mengajarnya. Sebab ada ketentuan dari otoritas pendidikan bahwa beban mengajar guru minimal 18 jam per minggu. Itulah sebabnya tidak aneh jika mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi diampu oleh guru-guru yang berlatar belakang pendidikan Geografi, Sejaran, Teknik, PKn, dan PKK. Bagaimana keadaan dan kebutuhan guru Sosiologi dan Antropologi di SMA Negeri di Jawa Tengah saat ini? Untuk memperoleh gambaran mengenai ini perlu diadakan penelitian.

B.     Identifikasi dan Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan persoalan yang perlu dipecahkan atau dipertanyakan yang perlu dijawab dengan penelitian. Perumusan itu sebaiknya disusun dalam bentuk kalimat tanya, atau sekurang-kurangnya mengandung kata-kata yang menyatakan persoalan atau pertanyaan. Yakni apa, siapa, berapa, seberapa, sejauh mana. Bagaimana (bisa tentang cara atau wujud keadaan) dimana, kemana, dari mana, mengapa dan sebagainya.
Rumusan masalah harus diturunkan dari rumusan topik, tidak boleh keluar dari lingkup topik. Oleh karena itu, rumusan masalah hendaklah mencakupi semua variabel yang tergambarkan dalam topik. Kalau ada variabel umum dan khusus, hendaklah dirumuskan masalah pokok beserta sub-sub masalahnya. Jadi, rumisan masalah harus terinci dan teruarai dengan jelas agar dapat dipecahkan dan dicarikan data pemecahannya.
Rumusan masalah yang baik harus memungkinkan untuk menentukan metode penentuan data dan pemecahannya secara tepat atau akurat. Untuk itu, sebelum masalah dirumuskan perlu diidentifikasi dengan baik.
Identifikasi masalah bisa dikemukakan di bawah sub-judul tersendiri sesudah latar belakang, meskipu yang penting bukan judulnya melainkan identifikasinya. Dengan identifikasi masalah, memungkinkan perumusan masalah yang operasional menjadi lebih mudah. Masalah yang operasional memiliki ciri, antara lain: (1) masalahnya dapat dipecahkan, (2) menggambarkan variabel penelitian yang jelas, (3) bentuk dan jenis data yang diperlukan dapat dipastikan secara akurat, (4) teknik pengumpulan data dapat ditentikan secara tepat, (5) teknik analisis data dapat diterapkan secara tepat.
Permasalahan penelitian dikategorikan baik jika memenuhi kriteria berikut:
a.       Pernytaan masalah pokok bersifat spesifik dan mencerminkan signifikan dan pentingnya penelitian.
b.      Analisis yang tajam mengenai fakta, penjelasan, keberadaan informasi dan pengetahuan dan memuat faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi munculnya permasalahan
c.       Mencerminkan interelasi antarvariabel dan relevansinya dengan area permasalahan
d.      Mengungkapkan faktor-faktor atau variabel-variabel yang akan dikaji dan menjalaskna hubungannya dengan area permasalahan.
e.       Disajikan secara sistematis dan teratur, memuat interelasi, relevansi fakta dengan konsep dalam area permasalahan.
f.       Identifikasi masalah diungkapkan dngam pernyataan yang jelas.
g.      Variabel-variabel penelitian yang dianalisis tidak membingungkan dan secara nyata dapat dibedakan yang tergolong variavel beas, terikat, dsb.
h.      Ada perbedaan yang jelasn antara pertanyaan-pertanyaan masalah dengan orientasi faktual dan orientasi nilai dalam penelitian.
i.        Ada perbedaan yang jelas antara orientasi teoritis penelitian dan orientasi praktis, ingin mencari hubungan, perbedan, atau proyeksi
j.        Pernyataan maslah harus mengacu pada perumusan hipotesis, mengungkapkan data empiris atau keduanya.
k.      Pernyataan masalah tidak memuat masalah-masalah yang sepele.
Contoh Rumusan Masalah Artikel Ilmiah:
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.       Bagaimana keterserapan lulusan prodi pendidikan Sosiologi dan Antropologi Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES pada lapangan kerja yang tersedia?
2.       Lapangan kerja apa saja yang menyerap lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES?
3.       Bagaimana upaya lulusan dalam mengakses lapangan kerja?
Contoh Rumusan Masalah Laporan Hasil Penelitian:
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka masalah adalah “Bagaimana keadaan dan kebutuhan guru Sosiologi dan Antropologi di SMA Negeri di Jawa Tengah”? Berangkat dari permasalahan ini maka penelitian ini ingin menjawab :
a. Bagaimana keadaan guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah?
b.Bagaimana kebutuhan-kebutuhan guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan apa yang hendak dicapai dengan penelitian. Tujuan dirumuskan sejajar dengan rumusan masalah. Misalnya: (1) apakah ada pengaruh X terhadap Y, maka tujuannya ialah menentukan ada tidaknya pengaruh X terhadap Y, (2) apakah ada antara hubungan antara X dan Y, maka tujuannya ialah menentukan ada tidaknya hubungan antar X dan Y, (3) bagaimanakan persepsi peneliti terhadap pelayanan akademik, maka tujuannya ialah mendeskripsikan persepsi..dst.
Contoh Tujuan Penelitian dalam Artikel Jurnal:
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a.       Memperoleh data tentang guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah.
b.      Memperoleh masukan tentang kebutuhan-kebutuhan guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah.
D.    Kegunaan Penelitian.
Yang diuraikan disini ialah kegunaan atau pentingnya penelitian dilakukan, baik bagi pengembangan ilmu maupun bagi kepentinagn praktik Uraian ini sekaligus berfungsi untuk menunjukan bahwa masalah yang dipilih memang layak diteliti.
Pendahuluan dalam laporan peenelitian kualitatif pada dasarnya menguraikan bagian-bagian yang sama seperti dalam laporan penelitian yang menggunakan penelitian kuantitatif yang berisi (1) latar belakang, (2) identifikasi dan pembatasan masalah, (3) perumusan masalah atau fokus masalah, (4) tujuan penelitian, (5) kegunaan penelitian, dan (6) sistematika. meskipun demikian ada persoalan yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan laporan penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif,:
a.       Perumusan masalah perlu mendapat perhatian karena ada perbedaan substansial anatara penelitian kualitatif dan kuantitatif. penelitian kualitatif lebih diarahkan atau ditujukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa. oleh karena itu, perumusan masalah harus difokuskan pada persoalan utama secara tegas dan jelas. jika perlu, peneliti dapat menyertakan masalah-masalah yang lebih kecil sebagai unsur dari masalah utama (pokok) dan disajikan setelah masalah pokok.
b.      Tujuan penelitian mengungkapkan apa yang ingin dicapai dalam penelitian dan menggambarkan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencari jawaban atas masalah penelitian. Tujuan dirumuskan dengan kalimat yang jelas, operasional, dan merupakan jabaran pemecahan masalah penelitian.
c.       Kegunaan atau pentingnya penelitian, baik bagi pengembangan ilmu maupun bagi kepentingan praktis, diuraikan secara jelas. uraian dalam sub Bab ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa masalah yang dipilih itu benar-benar penting untuk diteliti.
Contoh Kegunaan Penelitian dalam Artikel Jurnal:
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a.       Memperoleh data tentang guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah.
b.      Memperoleh masukan tentang kebutuhan-kebutuhan guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah.
E.     TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian diperlukan 2 landasan, yakni kerangka teoritis dan metodologis. Kerangka teoritis adalah teori yang digunakan untuk membangun kerangka kerja penelitian. kerangka metodoligis ialah hal ikhwal yang berkaitan dengan desain penelitian, termasuk langka-langkah pengumpulan dan pengolahan data (variabel, instrument, validitas dan realibilitas instrument, serta teknik pengumpulan dan analisis data) dengan berbagai alasannya. Keduanya diuraikan dalam dua bagian penelitian yang berbeda, tetapi berirutan. Kerangka teoritis diuraikan dalam bab II, sedangkan kerangka metodologi diuaraikan dalam bab III.
Dalam kerangka teoritis dinyatakan teori apa yang digunakan untuk landasan kerja penelitian. Teori itu bisa disusun sendiri secara eklektik. bisa juga berupa teori yang digunakan oleh seorang ahli. Namun, teori apapun, yang digunakan harus dapat dipertanggungjawabkan melalui kajian sejumlah pustaka dan hasil penelitian dalam lingkup topic penelitian atau tugas akhir.
Penyebutan nama teori saja tidaklah cukup. Prinsip-prinsip teotri itu perlu diuaraikan, termasuk pendekatan dan metode kerja teori itu. variabel-variabel penelitian perlu diterangkan menurut pandangan teori yang dipilih itu. Untuk itu, landasan teori merupakan pemaparan konsep-konsep menurut pendapat penulis atau penemu. Teori tersebut dan kemudian dipaparkan menurut sudut pandang peneliti dengan disertai cara mengukurnya.
Dalam laporan penelitian kualitatif terdapat bagian penelaahan kepustakaan dan/atau kerangka teritik, sesuai dengan pendekatan dan desain penelitian yang digunakan. bagaian ini disajikan dalam bab tersendiri (Bab II), dan disarankan bukan hanya menguraikan penelaahan kepustakaan, melainkan dilengkapi dengan kerangka teoritiknya.
Pentingnya penelaahan kepustakaan dalam penelitian atau penyusunan laporan penelitian yaitu karena pada hakikatnya hasil penelitian seseorang bukanlah satu penemuan baru yang berdiri sendiri melainkan sesuatu yang berkaitan dengan temuan dari penelitian sebelumnya. Dalam bagian ini hasil penelitian sebelumnya harus dikemukakan untuk memberi gambaran pengetahuan yang mendasari pola kesamaan penelitian dan pada gilirannya dapat diketahui kontribusi hasil penelitian bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan/atau kebijakan praktis secara jelas. Penelaahan kepustakaan disusun secara kronologis sesuai dengan kemutakhiran teori maupun data empiris sehingga dapat diketahui perkembangan keilmuan dan hasil penelitian.
Kerangka teoritik berfungsi sebagai “hipotesis kerja” dimungkinkan untuk disajikan dalamm penelitian kualittatif. Kerangka teoritik dalam penelitian kualitatif metupakan kumpulan konsep-konsep relevan yang terintegrasi dalam satu system penjelasan yang berfungsi sebagai pedoman kerja, baik dalam menyusun metode, pelaksanaan di lapangan, maupun pembahasan hasil penelitian.
Meskipun tidak mutlak kehadirannya, telaah pustaka tetap menjadi kaharusan dalam penelitian kualitatif. Telaah pustaka atau landasan teori dikategorikan baik jika memenuhi kriteria berikut:
a.       Menggunakan sumber-sumber mutahir disamping sumber yang dianggap klasik.
b.      Menggunakan sumber2 berupa artikel yang dimuat pada jurnal atau majalah ilmiah.
c.       Kutipan atas sumber pustaka disajikan secata tepat, dianalisis dan dihubungkan dengan permasalahan.
d.      Jumlahnya mencukupi dan tidak ada kesan berlebihan.
1.      Prosedur penelitian (rancangan dan metodologi) dikategorikan baik jika memenuhi kriteria berikut:
Logika struktur dan strategi studi disajikan secara hati-hati, termasuk didalamnya identifikasi variabel, ketepatan paradigma, bagan arus, atu model skematik
.
2.      Deskripsi sampel penelitian diungkapkan secara jelas, meliputi cara penarikan sampel, ukuran sampel, dan strata.
3.      Menggunakan prosedur pengumpulan data yang tepat dan terkait dengan masalah dan fokus penelitian.
4.      Ada kesesuaian antara rumusan masalah dan fokus penjelajahan di lapangan.
5.      Ketepatan menggunakan prosedur pengolahan data.

F.     Metode Penulisan/Penelitian
Dalam karya ilmiah laporan penelitian bagian metode penelitian dibuat dalam bab tersendiri. Dalam artikel untuk jurnal metode penelitian/penulisan juga ditulis dalam bagian tersendiri tetapi tidak dalam bentuk bab. Dalam karya ilmiah makalah bahan seminar bagian metode penelitian tidak ditulis secara eksplisit menjadi bab.
Dalam laporan penelitian ada perbedaaan antara metode penelitian dalam metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode penelitian dalam laporan penelitian kuantitatif, prosedur penelitian dimulai dari pengumpulan data, pengolahan data, dan diakhiri dengan analisis data. Yang perlu diuraikan dalam bab pendekatan atau penelitian kuantitatif adalah: (1) jenis dan desain penelitian, (2) populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel (3) Variabel yang dirumuskan secara operasional, (4) instrument penelitian disertai penentuan validitas dan reliabilitasnya, (5) teknik pengumpulan data , (6) teknik pengolahan dan analisis data.
Dalam uraian tentang metode penelitian itu tidak cukup hanya disebut istilah-istilah, seperti angket guide interview observasi, wawancara. masing-masing istilah tersebut perlu diterangkan prosedur penggunaan atau pelaksanaannya. bahkan, kegunaan dari masing-masing teknik atau metode yang digunakan perlu diterangkan secara jelas.
Sebaliknya pengertian populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, angket, guide interview, guide observation, wawancara dan sebagainya tidak perlu diuraikan sebagaimana dalam mata kuliah metodologi penelitian. yang diuraikan adalah siapa atau apa populasinya, berapa ukuran populasinya, berpa ukuran sampelnya, apa teknik penarikan sampelnya, apa alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, apa teknik pengumpulan datanya, apa teknik pengolahan dan analisis data yang dipilih dan digunakan. masing-masing metode penelitian yabg dipilih perlu diuraikan secara operasional sesuia dengan apa yang dikerjakan oleh peneliti.
Metode penelitian dalam laporan penelitian kualitatif terdapat beberapa perancangan dan hal ini mengakibatkan penyajiannya akan berbeda pula. Ada beberapa pendekatan penelitian kualitatif yang sering digunakan, seperti: (1) fenomologi. (2) hermeneutika, (3) etnografi, (4) grounded theory. Adapun desain penelitian kualitatif dapat berupa studi kasus, grounded study, etnometodologi, biografi, historical social science, riset klinis dll. Kerangka penelitian kualitatif yang diuraiakan dan dalam pedoman ini tidak dimaksudkan untuk semua jenis penelitian kualitatif yang bersifat khusus melainkan hanya untuk memberi kerangka dasar bagi penulisan karya ilmiah atau laporan penelitian yang menggunakanj metode penelitian kulaitatif secara umum.
Metode penelitian dalam laporan penelitian kualitatif mencakup bagian-bagian sebagai berikut: (1) dasar penelitian, (2) fokus penelitian,(3) sumber data, (4) teknik sampling, (5) alat dan teknik pengumpulan data, (6)objektivitas dan keabsahan data, (7) Model analisis data, (8) Prosedur penelitian.
Bagian-bagian tersebut harus diuraikan sesuai dengan apa terutama dalam penusunan laporan yang dilakukan peneliti, Dengan kata lain, uaraian bagian ini hanya bersifat konseptual atau teoritik, tetapi menyajikan uraian mengenai kejadian yang dilakukan peneliti di lapangan, misalnya, untuk mendapatkan data yang objektif dilakukan triangulasi. Secara teoritik ada 4 macam triangulasi yaitu: (1) motode, (2) sumber, (3) peneliti, (4) teori. Demikian juga dengan model analisis, secara teoritik ada beberapa model yang dapat digunakan seperti: interactive analysis models dan (2) flow analysisi models.

1.1.2   Bagaian Isi Karangan
Bagian yang merupakan inti karya ilmiah ini memaparkan uraian pokok masalah yang dibahas. Uraian bagian ini hendaknya dapat memberikan petunjuk kepada pembaca dalam memahami setiap langkah dan keseluruhan pembahasan. Di samping itu, bagian isi ini harus menunjukkan kelengkapan, ketaasasan, keeksplesitan, analisis, dan kesimpulan materi yang dibahas.
Panjang lebar uraian harus proporsional dengan pentingnya (anak) masalah yang dibahas. Jika perlu, bagian ini dapat dijadikan lebih satu bab, tergantung pada keluasan masalah yang dibahas. Judul bab masing-masing (jika lebih dari satu bab) mencerminkan masalah pokok yang dibahas. Bab isi ini mengungkapkan :
a.    Uraian masalah yang dibahas;
b.   Analisis dan interprestasi;
c.    Ilustrasi atau contoh-contoh;
d.   Tabel, bagan, gambar (kalau ada).
a.        Deskripsi Data
Berisi serangkaian data yang berhasil dikumpulkan, baik data pendukung seperti latar belakang lembaga / instansi yang diteliti, struktur organisasi dan sebagainya sert data utama yang diperlukan untuk pengujian hipotesis. Data-data tersebut harus dideskripsikan secar sistematis.
b.       Pembahasan
Bagian ini berisi pembahasan tentang hasil penelitian sesuai dengan acuan dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Bagian pembahasan ini memperlihatkanketajaman dan keluasan wawasan penulis mengenai permasalahan yang dikajinya.
c.       Hasil berupa data penelitian yang telah diolah dan dituangkan dalam bentuk tabel, grafik, foto, atau gambar. Pembahasan berisi hasil analisis dan hasil penelitian yang dikaitkan dengan struktur pengetahuan yang telah mapan (tinjauan pustaka yang diacu oleh penulis), dan memunculkan ‘teori-teori’ baru atau modifikasi terhadap teori-teori yang telah ada. Berisi tentang kupasan, analisis, argumentasi dan pendirian penulisan mengenai masalah yang dibicarakan.
d.      Sajikan hasil penelitian sewajarnya secara bersistem. Jika data terlalu banyak, adakalanya Anda perlu selektif dalam menyajikannya. Dengan pertimbangan yang masak, rancanglah tabel, grafik, gambar atau alat penolong lain untuk memperjelas dan mempersingkat uraian yang harus diberikan. Jangan berikan informasi berulang, misalnya dalam bentuk tabel dan gambar. Tabel dan gambar perldisebut dalam teks dan letaknya tidak berjauhan dari teks yang bersangkutan. Hindari pengulangan informasi yang sudah ada dalam ilustrasi secara panjang lebar. Tafsirkan hasil yang diperoleh dengan memperhatikan dan menyesuaikannya dengan masalah atauhipotesis yang diungkapkan dalam Pendahu-luan. Adakalanya Hasil digabungkan dengan Pembahasan, menjadi bagian yang dinamakan Hasil dan Pembahasan.
Sewaktu mengumpulkan data, mengolahnya, dan menyusunnya dalam tabel, dengan sendirinya Anda telah memiliki sejumlah gagasan yang telah dikembangkan dalam Pembahasan. Pengembangan gagasan ini disebut ‘argumen’. Anda harus membandingkan dengan hasil peneliti terdahulu, kemudian buatlah pertimbangan teoretisnya. Dengan demikian, maka Pembahasan merupakan kumpulan argumen mengenai relevansi, manfaat, dan kemungkinan atau keterbatasan percobaan Anda, serta hasilnya.
e.       Dikatakan oleh Rifai (1995), bahwa Pembahasan merupakan bagian tempat seseorang paling bebas berekspresi. Pendapat orang yan sudah diringkas dalam Pendahuluan atau Tinjauan Pustaka tidak perlu diulang lagi tetapi diacu saja seperlunya. Bentangkan arti temuan serta jelaskan bagaimana simpulan baru itu memperluas cakrawala ilmu dan teknologi. Bila perlu berikan implikasi penerapan temuan aru tadi dan tunjukkan segi-segi lain yang perlu diteliti lebih lanjut. Akhiri pembahasan secara positif, tegas, dan kuat.
f.       Menurut Calderon & Gonzales (1993), ada lima unsur yang dapat dituliskan dalam berargumen dan menyampaikan implikasi dari temuan.
1) Nyatakan situasi yang ditemukan dalam penelitian: bisa memuaskan atau tidak memuaskan. Misal: Mayoritas guru sains di Provinsi A tidak memenuhi kualifikasi untuk mengajarkan sains.
2) Nyatakan kemungkinan penyebab situasi itu. Jika ada situasi,mestinya ada penyebab, dan mestinya ada hubungan logis antarasituasi dan penyebab; bila tidak, yang dianggap penyebab bukanlah penyebab yang sesungguhnya. Dalam contoh di atas, penyebab logis kurangnya guru berkualifikasi untuk menangani mata ajaran sains ialah kurang cermatnya petugas rekrutmen dalam menyeleksi calon guru, atau tidak cukupnya pelamar yang berkualifikasi untuk menduduki posisi guru sains.
3) Nyatakan efek yang mungkin timbul dari situasi itu. Hampir pasti, ada pula efek yang timbul dari situasi tsb. dan mestinya ada hubungan logis antara situasi dan efek yang mungkin. Efek logis dari kurangnya guru berkualifikasi pada pengajaran sains ialah bahwa pengajaran akan kurang efektif dan ini dapat merugikan siswa.
4) Nyatakan tindakan untuk mengatasi situasi yang kurang memuaskan atauuntuk meningkatkan situasi yang sudah baik. Wajar saja untuk mengambil tindakan guna meng-atasi situasi yang kurang memuaskan. Namun, situasi yang sudah baik pun perlu terus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Langkah logis untuk mengatasi keadaan guru yang tidak berkualifikasi ialah dengan mensyaratkan peningkatankualitas melalui pendidikan dalam bidang sains, menghadiri seminar, mengikuti pelatihan, membaca lebih banyak publikasi sains.
5) Nyatakan badan atau bidang terkait yang terpengaruhi. Dalam contoh yang diambil ini, pengajaran sains di Provinsi A yan terpengaruhi. Anda dapat melanjutkan pembahasan tentang implikasi temuan Anda pada pengajaran sains. Implikasi ini barangkali tidak berlaku untuk keadaan pendidikan secara keseluruhan. Hasil dan Pembahasan: Kedua bagian ini dapat disatukan atau dipisah, bergantung pada gaya selingkung jurnal yang bersangkutan. Di bagian ini dapat dikemukakan produk dan dihasilkan dan spesifikasinya, uraian teknik instalasi produk (jika diperlukan), uraian hasil uji efisiensi dan fungsional produk, tabel dan gambar teknis atau foto setiap aplikasi metode, produk, dan hasil pengujian.
g.      Penyajian dan analisis data dikategorikan memenuhi kriteria yang baik jika memenuhi kriteria berikut:

Ø  Dirumuskan secara logis dan teratur, kerangka hipotesis. Deduksi, tujuan dan pertanyaan penelitian ditempatkan pada dimensi keterkaitan yang intensif
Tidak menyajikan hal-hal yang bersifat subjektif dan spekulatif
.
Ø  Analisis terhadap fakta yang diperoleh secara konsisten.
Ø  Terhindar dari generalisasi yang berlebihan (overgeneralization) atau pengungkapan yang tidak ada hubungannya dengan data penelitian.
Ø  Kesalinghubungan penemuan empiris selama penelitian diungkap secara eksplisit dengan menghindari distorsi data penelitian.
Ø   Faktor-faktor tidak terkontrol yang diduga dapat mempengaruhi ketepatan data diantipasi sedemikian rupa melalui diskusi.
Ø  Harus jelas perbedaan antara fakta dan kecendurungan yang berkembang dalam proses penelitian.
Ø  Hindari kontradiksi, ketidakkonsistenan atau elemen-elemen yang tidak terarah dalam data temuan.
Ø  Tabel, gambar, bagan, dan sejenisnya disajikan secara tepat baik bentuk, isi, maupun posisi.
h.      Pada bagian pembahasan dihubungkan untuk memperhatikan ataupun merujuk pula hasil penelitian lain ataupun terdahulu. Selain itu perlu diungkapkan pula keterbatasan ataupun limitasi dari hasil yang diperoleh dan diperiksa apakah hasil yang diperoleh telah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian tersebut, dan perlu juga diungkapkan saran ataupun penelitian lanjutan yang perlu dilaksanakan.

1.1.3   Bagian Penutup karangan
Bagian penutup ini berisi kesimpulan dari saran (kalau ada saran). Yang dikemukakan dalam kesimpulan adalah peryataan-peryataan kesimpulan analisis atau pembahasan yang dilakukan dalam bab-bab isi. Kesimpulan merupakan jawaban permasalahan yang dikemukakakn dalam pendahuluan. Kesimpulan bukan rangkuman atau ikhtisar. Pernyataan kesimpulan dapat berupa uraian (essai) atau berupa butir-butir yang bernomor. Pada bagian akhir penutup ini dapat dikemukakan saran yang dirasakan perlu disampaikan kepada pembaca berkenaan dengan pembahasan masalah dalam karya ilmiah itu.
1.1.4   Catatan
Catatan merupakan tambahan keterangan tentang fakta, teori, atau pernyataan yang dikemukakan dalam uraian yang memerlukan penjelasan, tetapi catatan itu tidak dapat dimasukan dalam uraian karena mengganggu. Catatan dibuat jika memang diperlukan.
1.1.5   Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi daftar buku, majalah, artikel dalam majalah atau surat kabar, atau artikel dalam kumpulan karangan (antologi) yang digunakan sebagai acuan dalam pengumpulan data, analisis/pembahasan, ataupun penyusunan karya ilmiah. Daftar pustaka merupakan persyaratan suatu karya ilmiah. Di samping itu penyusun daftar pustaka sebagai daftar acuan memudahkan pembaca yang berminat menemukan sumber data yang digunakan.
1.1.6   Bibliografi
Bibliografi atau yang umumnya disebut sebagai daftar pustaka turut menjadi bagian yang penting. Asumsinya, sebuah penelitian ilmiah tentu akan menggunakan referensi-referensi pendukung. Tidak ada batasan minimal maupun maksimal dalam penggunaan referensi. Namun, ini bukan berarti bahwa peneliti bisa seenaknya mencantumkan referensi. Referensi yang terlalu sedikit bisa menandakan peneliti tidak banyak membaca literatur pendukung atau hasil penelitian terkait. Sementara bila terlalu banyak, bisa-bisa dicurigai hasil tulisannya didominasi oleh pendapat ahli daripada pendapat peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, pemanfaatan referensi harus dilakukan sewajar dan seperlunya saja.
Tata cara penulisan bibliografi pun harus diperhatikan. Bedakan sumber referensi yang berasal dari buku dengan majalah dan surat kabar. Mengingat dunia internet saat ini pun menawarkan beragam hasil penelitian yang dengan mudah dapat diakses, peneliti dapat memanfaatkan sumber-sumber tersebut sebagai bahan referensi penelitiannya. Khusus untuk sumber referensi dari internet, saat ini disepakati bahwa tata cara penulisannya sebagai bibliografi diperlakukan seperti layaknya sebuah artikel.
Pada bagian ini, penulis bisa memberi gambaran singkat mengenai karya tulis yang ia hasilkan. Penyajiannya harus dilakukan dengan variasi yang kreatif, agar tidak dianggap menjiplak bagian latar belakang masalah pada pendahuluan.
1.1.7   Lampiran
Lampiran adalah bagian dari suatu karya ilmiah yang merupakan keterangan/informasi tambahan yang dianggap perlu untuk menunjang kelengkapan karya ilmiah. Keterangan/informasi yang dapat dilampirkan tergantung pada jenis, sifat, dan tujuan karya ilmiah itu, misalnya, korpus data, kuesioner atau tes yang dipakai untuk mengumpulkan data, peta lokasi penelitian, tabel bagan, atau gambar yang tidak dapat dimasukkan dalam uraian karena terlalu mengganggu penyajian.

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat beberapa kerangka dan bagian-bagian yang harus kita dipatuhi seperti yang telah diperjelaskan penulis dalam Bab II. Kita ketahui bahwa Kerangka dan bagian-bagian dari karya ilmiah ini selain berfungsi sebagai acuan dasar penulisan juga dapat mempermudah penulis untuk memaparkan alur tulisannya. Untuk itu, sebelum karya ilmiah ditulis maka kerangka dan bagian-bagian karya ilmiah merupakan langkah awal yang harus dilalui oleh penulis sehinggah dapat menyingkap isi atau masalah dalam sebuah karangan yang ditulis oleh sang penulis.

3.2    Saran
Makalah kecil ini kami buat dengan sedemikian rupa kiranya dapat berguna  bagi kita semua yang berkeinginan sebagai penulis.

DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 2004. "Diksi dan Gaya Bahasa". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 
Soeseno, Slamet. 1982. "Teknik Penulisan Ilmiah-Populer". Jakarta: Gramedia. 
Sudaryanto. 2001. "Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan secara Linguistis". Yogyakarta: Duta Wacana University Press. 
Nasucha yakub, Muh. Rohmadi, Agus Budi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya
Tulis Ilmiah (Mata Kuliah Kepribadian). Media Perkasa. Yogyakarta.
http://daryono.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7181/Pedoman+PI+FE.doc



REBA MANGGARAI

Tidak ada komentar: